"Haha, kamu ini asal nebak aja. Mau jadi peramal?" sahut Nuraga yang membuat Lia tertawa pelan.
"Nggak, kok. Eh, ngomong-ngomong … wisudanya kapan? Kayaknya kamu belum kasih tahu, deh." Lia mencoba mengalihkan topik pembicaraan, karena dirinya menjadi tak enak sendiri saat menangkap respon dari Nuraga yang seperti belum mau membahas tentang ketertarikannya terhadap Amanda.
"Bulan depan, Li. Kenapa? Mau dateng ke Jakarta? Hihi, boleh banget. Kan kamu juga bisa ketemu sama calon suamimu," tanggap Raga, sembari meneguk minuman susu jahenya yang sudah mulai hangat.
Mendapatkan tanggapan yang demikian, Lia tersenyum lalu turut menyesap minumannya. "Yaaa … bisa dipertimbangkan, sih. Coba lihat nanti."
"Eh, bercanda kok. Jangan dianggap serius," tukas Raga dengan tergesa, saat melihat adanya perubahan ekspresi pada wajah Lia. Meski gadis itu menjawab sembari tersenyum, namun tetap saja sorot netranya tak bisa menipu.