Tak berapa lama Evan kembali ke kamarnya, pemuda itu segera saja merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Tapi walaupun ingin sekali terlelap agar bisa menghilangkan segala penat, tetap saja pikirannya seolah terlalu enggan untuk beristirahat.
Dengan nanar, matanya malah terus saja menatap ke arah langit-langit kamar. Dan dalam sunyinya malam itu, Evan bahkan seolah mendengar gemuruh suara yang begitu membisingkan kepalanya. Dimana dia juga mengerti, bahwa kegaduhan itu berasal dari dalam pikirannya sendiri.
Dalam riuh rendahnya suara-suara yang bersahutan, mendadak saja bayangan Jhonatan melintas begitu saja. Dalam keadaan yang seperti itu, si pemuda jadi kembali teringat akan satu hal yang sangat mengusik pikirannya.