Di tempat lain dalam waktu yang sama ...
"Kamu paham kan, maksud Papa? Pertama, semua demi Sahasika dan juga Galaxy. Yang kedua, demi kehidupanmu yang lebih baik karena Stevan adalah laki-laki yang tepat untukmu. Bahkan, Om Jhonatan saja sudah merestui kalian semenjak kecil. Oh jangan lupa, kakeknya juga demikian. Kamu pasti sudah tahu tentang surat wasiat yang dia tinggalkan..."
"Bisakah Papa berhenti membicarakan itu? Aku sudah paham, aku sudah mengerti! Aku hanya minta Papa untuk diam dan memenuhi janji Papa saja!" emosional, gadis itu berkata dengan wajahnya yang mulai memerah dan matanya yang berkaca-kaca.
"Tentu, tentu Papa akan penuhi. Bahkan kau juga tahu, tangan kirinya saja belum juga sembuh. Tapi, cukuplah bagi Papa untuk membuktikan padamu bahwa apa yang Papa katakan bukanlah candaan semata. Ingat itu Berlin!" tegas lelaki paruh baya itu berkata dan telah suksesnya membuat air mata di sudut sang gadis menetes.
