Pintu apartemen itu terbuka dengan cepat, lalu langsung menutup kembali dengan rapat tanpa memeperdengarkan sebuah salam atau kata perpisahan sedikitpun. Berlin sudah pergi dari sana, yang dengan serta merta telah menyisakan sebuah lubang di dada Angga yang menganga dengan begitu lebarnya.
Tak tahu apa yang harus dia pikir atau lakukan, pemuda itu masih nampak terdiam di sofa. Dan bahkan, dia sama sekali tak bergerak satu sentipun dari sana. Bak petir di siang bolong yang menyambar ke atas kepala, hati dan pikirannya langsung terasa kacau hingga dirinya tak tahu harus bagaimana menyikapi keadaan saat itu.
Setelah beberapa waktu berlalu, barulah Angga mampu merubah posisi duduk dengan menyandarkan punggungnya pada sofa. Untuk beberapa saat, dia mengambil napas lalu menghembuskannya dengan perlahan.