Tanpa terasa, waktu sudah berjalan hampir menuju pukul setengah delapan malam. Di mana, memang sudah saatnya bagi orang-orang pada umumnya untuk makan malam.
Jhonatan yang mengetahui kalau Berlin sudah tiba di Kota Bunga beberapa waktu yang lalu, langsung saja mengajak si gadis untuk makan malam bersama. Namun, sayangnya hal tersebut dilakukannya tanpa lebih dahulu merundingkan ide tersebut kepada Puspa Ajeng maupun anggota keluarga yang lain. Hingga meskipun sedikit, dia jadi menuai protes dari beberapa pihak.
"Kasihan Berlin, pasti dia lelah setelah perjalanan, Pah. Harusnya besok saja." Demikian saran Puspa Ajeng saat mereka sedang bersiap-siap.
"Justru kita harus menyambutnya karena dia datang sendiri. Lebih kasihan mana?" sahut Jhonatan dengan santai.