"Kau dari mana saja, Ayu? Kenapa kakakku bisa bersamamu siang tadi?" cecar Alano di ujung telepon.
Ayu terkesiap, adik Michael terus menghubungi berkali-kali tapi gawai tertinggal di meja kantornya.
Baru malam ini menyadari, pria itu memburunya terus. "Maafkan aku, gawaiku ada di meja kerja. Selesai makan siang aku tak sempat mengecek lagi."
Namun Alano tak percaya dengan alasannya.
"Ada hubungan apa, kau dengan Michael? Apa kau coba menggoda, merebut dari tunangannya, Veronica Young? Wanita macam apa dirimu!"
Kata-kata kasar terlontar dari mulutnya begitu saja. Sangat menyakitkan Alano, jika Ayu ternyata mampu berbuat seperti itu.
Suara jawaban wanita itu mengakhiri percakapan mereka untuk selamanya.
"Kau pria brengsek yang baru aku temui saat ini, tarik kata-katamu! Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Michael, tanyakan langsung padanya. Masalah pribadi kalian bukan urusanku, dan jangan pernah hubungi aku lagi!" ucap Ayu berang.
Ia mematikan gawai, melemparkan begitu saja ke atas ranjangn. Bedebah kalian berdua, merusak hidupku dalam sekejap saja!
Alano langsung terdiam.
Berdiri merenung di kamarnya yang megah, ia memukul keras pembatas balkon. Menyesal, menyadari kata-kata yang terucap ke Ayu sangat menyakitkan.
Rasa cemburu dan pikiran gelap menguasai dirinya. Wanita itu bukan miliknya, tapi ia sangat menyukai.
Siang tadi melihat Michael menggandeng tangan Ayu, darahnya tiba-tiba mendidih.
Jika kalian berdua tidak ada hubungannya, bagaimana bisa kakaknya menggenggam tangan mungil itu layaknya sepasang kekasih!
Alano bertekad mencari tahu apa yang terjadi dengan Michael dan Ayu. Kalian harus segera dipisahkan!
***
Esok hari.
Di meja kerja, Michael fokus memeriksa email dari koleganya. Satu email menarik perhatian, datang dari Bernard di Paris.
Aha! Apartemen miliknya berhasil ditawarkan ke klien Bernard.
Michael gembira membaca, mengecek lampiran photo apartemen baru terpampang di layar laptop.
Harga yang ditawarkan fantastis, balkon luas dan pemandangan menara Eiffel. Dan Itu penthouse, bukan apartemen biasa!
Ia memeriksa photo-photo isi ruangan di dalamnya. Bernard sialan!
Dia tahu selera Michael pasti mampu membelinya, asalkan tempat itu elegan dan eksklusif.
Hanya perlu menambah sejumlah uang dari hasil penjualan apartemen lama. Michael pun sepakat membalas email Bernard, secepatnya terbang ke Paris melihatnya.
Pikirannya mengawang jauh, terbersit ide mencengangkan dirinya. Ia butuh liburan dari pikiran penat tentang tunangan jalang.
Seseorang yang membuatnya nyaman, berbicara tanpa ada beban.
Michael menjentikkan jari, gagasannya menyemangati hari-hari suntuk belakangan ini. Kembali bekerja seperti biasa, seolah-olah tidak ada masalah.
Ia belajar menipu dirinya sendiri!
Tengah hari seseorang datang melabrak dirinya di kantor.
BRAKKK! Alano menutup pintu dengan keras.
Michael terkejut menghentikan ketikan di laptop, berdiri menghadapinya. Adiknya sudah tidak memiliki sopan santun, ini kantornya!
Wajah keras Alano menantang, mencecar dengan berbagai tuduhan, "Kau sedang berselingkuh dengan Ayu? Makan siang kemarin itu alasanmu mendekatinya, hah!"
Dari semalam ia memikirkan yang terjadi di antara mereka berdua. Jawaban yang paling tepat adalah menanyakan langsung pada Michael!
"Kau bicara apa, Alano? Ayu mengurusi pesta pernikahan, aku berhak berdekatan membahas rencana itu," jawab Michael begitu santai.
Kini tangannya bersedekap, berdiri bersandar di meja kerjanya.
Muka adiknya lebih kusut dari biasanya.
"Kau tidak bisa seperti itu, Michael! Aku sedang mendekati dirinya, tapi merampas dariku. Apa Veronica tidak cukup bagimu?" cecar Alano sekali lagi.
Michael meraih kotak rokok di atas meja, menyulut sebatang mengisapnya dalam-dalam. Asapnya menghembus di ruangan.
Ia tak peduli. Ayu bukan milik siapa-siapa, wanita itu bebas menentukan pilihannya. Mendekatinya sebagai teman demi kepentingan dirinya, mendamaikan pikirannya.
"Aku menikahi Veronica atau tidak, itu urusanku! Ayu itu hanya membantu persiapan, dan lainnya aku ambil alih sendiri. Kau paham itu, Alano!"
Matanya tajam menatap adiknya sendiri. Alano tak berkutik, wibawa Michael jauh darinya. Kata-katanya tegas menindas.
"Kau cemburu karena aku jalan dengannya kemarin?" tanyanya menyelidik.
Alano menunduk tersipu malu.
Michael akhirnya tahu, alasan itulah yang membawa adiknya kemari. Kemarahannya, tidak pada tempatnya!
Michael merasa sedikit bersalah.
Dulu marah, karena Alano makan siang dengan Ayu. Sekarang dirinya yang membuat masalah. Melarang pria mendekati wanita pujaan, dan itu bukan haknya.
Ternyata wanita itu punya pesona tersembunyi.
Kakak beradik harus bertengkar merebut perhatiannya. Ada sesuatu disembunyikan darinya.
Mereka berusaha membongkar sisi gelap rahasia milik Ayu dalam waktu dekat!
***
Ayu bersyukur, siang ini lebih tenang dari kemarin. Tak ada yang mengunjungi atau menelepon dirinya, semua dialihkan ke bawahan.
Ia tak ingin ada skandal dengan klien sendiri. Anita sempat bertanya kejadian soal kemarin.
Untunglah ia punya jawaban tepat.
Menjelang sore selesai mengurus seluruh divisi bawahan, dan membalas email klien. Baru saja Ayu menghela nafas, pintu ruang kantornya terbuka.
Anita datang dengan tamunya, Veronica Young!
"Mbak Ayu, Nona Veronica ingin bertemu langsung soal penawaran kemarin," ucap Anita begitu gembira.
Ia mengira klien kelas atas menyetujui perusahaan sebagai penyelenggara pestanya.
Ayu mengangguk pada Anita. Inilah wanita jalang yang telah mengkhianati mantan suaminya! Bisik Ayu di dalam hati.
Ia menyapa calon klien seperti biasa, "Ada yang bisa aku bantu, Nona Veronica?" Wanita brengsek itu duduk di sofa, bersikap angkuh dibalik kecantikan yang palsu.
"Michael menyetujui penawaran. Aku ingin mengubah tema pernikahan kami berdua, pelaminan lebih modern dan anggun. Tidak terlalu tradisional, harus lebih mewah, bunga-bunga mahal indah harus ada di sana. Masalah penyajian makanan pun harus sempurna untuk kolega Michael dan aku nanti."
Veronica menekankan permintaan kelas atas harus dipenuhi oleh wedding organizer. Michael yang akan membayarnya semua.
Ayu tersentak. Pria itu belum menceritakan ke tunangannya sendiri, bahwa dia yang mengambil keputusan semua rencana pesta pernikahannya.
"Nona Veronica, sebaiknya menghubungi Pak Michael langsung. Kemarin terjadi perubahan, semua penawaran kami diambil alih beliau. Aku tidak bisa memasukkan permintaan baru jika tidak disetujui olehnya," jelas Ayu berhati-hati.
Merasakan perang baru dimulai antara mereka berdua, tidak ingin terlibat jauh lagi.
"Oh Michael, kenapa dia tidak bilang aku sebelumnya, huh!" seru Veronica kesal.
Tangannya sibuk mengambil gawai di dalam tas bermerek mahal, langsung menekan nama panggilan tunangannya di layar.
Jika diperbolehkan Ayu ingin menyingkir dari sana namun pekerjaan mengharuskan mendampingi klien. Lagi pula ini kantornya!
"Sayang, aku sedang di kantor event organizer. Katanya, kau yang ambil alih rencana pesta pernikahan kita, benarkah itu?" tanyanya curiga sambil menatap wanita di depannya.
Veronica baru saja tiba semalam dari Paris. Ia belum menjumpai Michael, langsung mendatangi Ayu agar persiapan mereka di matangkan secepatnya.
"Aku akan ke sana menjelaskan semuanya!" jawab Michael di ujung telepon.
Suara Veronica mendesah senang. Menggoda tunangan, agar nanti malam mereka bisa melampiaskan rindu di apartemen mewahnya.
Menjijikan! Memuakkan! Ayu membiarkan klien menunggu tunangannya datang. Tak patut baginya mendengarkan apa yang akan dilakukan mereka malam nanti.
Veronica tak peduli. Kini ia sibuk menelepon orang lain. Sesaat dilihatnya Ayu keluar dari ruangan, memanggil Anita supaya membawakan minuman tamunya.
"Bima, rencana kita berhasil walau Michael aneh belakangan ini. Pesta pernikahan diatur olehnya. Aku harus lebih berhati-hati, sebelum melancarkan rencana berikut. Michael harus jadi milikku, jika kita tidak mau miskin karenanya!"
Veronica menyakinkan lawan bicaranya.
Pintu ruangan terbuka, berbicara sedikit pelan. Sayangnya, Ayu bisa mendengarkan sebelum masuk menemui wanita jalang itu lagi.
Langkah Ayu terhenti.
Telinganya mendengar perselingkuhan Veronica dan Bima, nama itu pernah disebut oleh Michael kemarin. Ternyata pengkhianatan itu benar adanya.
Michael tidak berbohong. Karma!
Pria yang menghancurkan Ayu selama ini, dihancurkan oleh wanita lainnya!
Seseorang menyentuh bahunya dari belakang. Oh, Michael ada di sini! Ayu kaget melihat pria itu datang lebih cepat.
"Sorry, mengagetkanmu! Veronica masih ada di dalam?" Michael menyelidik.
Ayu menganggukkan kepala. Ia memilih tidak ingin masuk bersamanya, Veronica dapat mencurigai kedekatan mereka belakangan ini.
"Silakan masuk, Pak Michael. Tunangan anda ada di ruanganku," jawab Ayu datar. Tapi ia malah mendapati mata tajam pria itu.
"Berhentilah memanggilku seperti itu, aku temanmu. Dan kau bukan bawahanku!" kata Michael tegas. Pria itu mendahului Ayu menemui tunangannya ke dalam.
Pffttt--- siapa yang ingin menjadi temanmu, huh! Ayu menggerutu kesal.
Beberapa menit ia baru masuk ke ruangan menjumpai mereka berdua.
Melihat sikap pria itu jauh dari perasaan terluka, tubuhnya begitu rapat saat duduk dengan wanita keparat yang dibenci beberapa hari ini.
Tangan kekar melingkar memeluk pinggang sang model cantik, Veronica sedang di atas daun. Michael memperlakukannya begitu hangat.
Pengkhianat tetaplah pengkhianat! Ayu mendengus kesal. Drama di kantornya harus berakhir.
Michael mengerlingkan matanya.
Aa-apa yang pria itu lakukan padanya? Pergilah kalian berdua, merusak hari-hariku! Pria itu sengaja memancing kecemburuan Ayu, memamerkan kemesraan di depan.
Akhirnya Veronica setuju jika Michael melaksanakan semuanya, tidak perlu berang lagi. Sisanya, wanita jalang itu memuaskan tunangannya di apartemen malam ini.
Pakaian sexy menggoda telah disiapkan. Impiannya menjadi Nyonya Michael Putra Prasojo menjadi kenyataan!
Michael merangkul Veronica keluar ruangan. Melewati Ayu yang berdiri di depan pintu, melepas kepergian mereka.
Tangannya tersentak. Pria itu menggenggam sejenak sebelum pergi meninggalkan dirinya.
Apa-apaan ini! Mata Ayu membesar, tercengang.
Michael sempat menoleh memberi senyum yang begitu misterius. Semuanya berlalu begitu cepat. Ayu menutup pintu, berusaha tegak berdiri, menyandar di belakangnya.
Bedebah itu mempermainkan hatinya lagi!
Satu-satunya jalan menghindar, dengan menolak semua penawaran kerja sama yang pernah ia berikan.
Kini aku berhenti, Michael! Enyahlah dariku!
***