Ayu sedang membenahi berkas di meja kerjanya, ketika bawahannya datang menanyakan klien barunya.
"Mbak Ayu, Nona Veronica sudah menerima penawaran proposal kita?"
Ia menggeleng.
"Aku belum tahu, Nit. Wanita itu memberi tahu sedang di luar negeri, begitu pun tunangannya dalam perjalanan bisnis selama seminggu. Biarkan saja mempelajari isinya, jika tertarik pasti menghubungi kita selanjutnya."
Anita mengangguk setuju, "Pesta pernikahan mereka pasti spektakuler, dan nama perusahaan ini juga bertambah besar jika kita yang menjadi penyelenggara, ya Mbak Ayu!"
"Doakan saja, rezeki tidak akan kemana!" jawab Ayu dengan santai.
Anita kembali bertanya, "Betul juga, tapi kenapa Mbak Ayu kalau ketemu Pak Michael kaku begitu? Terlalu kagum ya, aduh aku dari jauh saja bisa jatuh cinta, apalagi Mbak Ayu sering berhadapan dengannya!"
Ayu langsung menegur bawahannya.
"Hush, kamu malah menyebar gosip! Kerja sana, tolong buat penawaran klien lainnya ya, Nit!"
Anita tertawa kecil, lalu keluar dari ruangan. Tak berapa lama pintu di buka kembali, mulut Ayu mulai mengomel tanpa melihat siapa yang datang.
Matanya sibuk mengetik surat balasan ke klien, mengecek keuangan pembayaran masing-masing divisi catering, pelaminan, sewa gedung dan banyak lagi.
"Anita, mana data klien yang baru? Biar aku kirim sekalian!" tanyanya kesal.
Yang terdengar hanya suara orang mendehem.
"Kamu kalau batuk minum obat dong. Oh, kau!" Ayu terkejut bukan main.
Pria yang berdiri di sana, Alano Putra Prasojo! Mengapa ia ada di sini?
Meskipun Alano terlihat tampan seperti pertama kali Ayu bertemu, tapi alarm tanda bahaya mulai lagi menyala di kepalanya.
Sikapnya gugup mempersilakan tamunya duduk.
Alano tersenyum. "Sorry jika aku mengganggu pekerjaanmu. Kebetulan lewat sekitar sini jadi ku pikir bisa mengajak dirimu makan siang!"
Ayu mengelak semampunya, "Mengapa tidak meneleponku lebih dulu?"
Pria ini sama persis dengan kakaknya, suka memaksa dan mengatur.
Alano bersikeras lagi, "Jawabanmu pasti tidak. Lebih baik menjemputmu langsung walau pun kau tidak mau, tapi bisa melihat dirimu sedang bekerja."
"Kau pasti seorang peramal karena bisa membaca pikiranku!" tukas Ayu sekali lagi.
Pria itu tertawa, kancing jas terbuka sejak tiba di kantornya. Sikapnya memang santai.
Alano bisa melihat bahwa Ayu memang sedang sibuk bekerja. Sebentar lagi makan siang. Tidak ada salahnya ia mencoba merayu lagi.
"Aku traktir kau, kapan lagi makan bersama adik pengusaha Michael Putra Prasojo terkenal itu. Paling tidak, kau dapat promo gratis, jika ada paparazzi lewat nanti!"
Ayu sedikit tersenyum, "Ide bagus, hanya sayang waktunya tidak tepat."
Tubuh Alano kini condong ke arahnya, "Kenapa? Karena aku tak seganteng kakakku, tidak punya daya jual promosikan event organizer-mu?"
Giliran Ayu akhirnya bersikap mundur, jaraknya terlalu dekat membahayakan dirinya. Alano menyadari bagaimana wanita itu menjaga reputasinya.
"Bukan begitu. Tapi putraku sebentar lagi tiba, kami akan makan siang bersama di luar," jawab Ayu menghindari tatapan tajam pria itu.
"Baguslah, jadi aku bisa mentraktir kalian berdua. Maaf, kupikir kau masih sendiri," Alano kembali memancing pertahanan wanita itu agar runtuh.
Tekadnya sudah bulat mengajak Ayu keluar dari kantornya siang ini.
"Orang tua tunggal tepatnya. Tapi kau datang bukan untuk membicarakan tentang diriku," selidik Ayu.
Pria itu tertawa pelan.
"Ya dan tidak. Bagaimana penawaran proposal pernikahan Michael dan Veronica sudah di setujui? Sudah satu minggu sejak bertemu kau di kantor kakakku," tanya Alano serius.
Ayu menggeleng, "Belum, mereka sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri saat ini."
"Baiklah. Kuharap kakakku menyetujui, sudah waktunya ia menikah. Mama dan papa tidak perlu bertengkar lagi. Terlalu banyak wanita di sekelilingnya, semoga Veronica bisa membuat Michael berhenti dari kebiasaan buruk, setia dalam pernikahannya!" ujar Alano begitu yakin.
Ayu hanya bisa tersenyum bias, ia bukan siapa-siapa tidak perlu mencampuri urusan klien beserta keluarganya.
Tapi luka masa lalu itu kian menganga.
***
Perjalanan dari satu negara ke negara lain sudah biasa bagi seorang pengusaha muda Michael Putra Prasojo.
Karirnya cemerlang, lulusan pendidikan bisnis ternama. Ia sudah membuktikan semua kemampuannya dalam pertemuan dengan klien tadi pagi.
Posisi saat ini berada di Brussel, Belgia.
Cuaca sore yang cerah, bersantai di sebuah cafe menikmati hot black coffee, dan ditemani beberapa batang rokok.
Besok kembali ke tanah air, kunjungan klien di beberapa kota di Eropa telah selesai.
Ting! Sebuah pesan masuk ke handphone.
Alano mengirim sesuatu. Michael membuka layar melihat photo dikirimkan padanya.
Si brengsek itu bersama Ayu dan putranya sedang makan siang. Apa-apaan ini! Emosinya tersulut lagi. Mengapa Alano bisa mengajak keduanya pergi bersama, huh!
Oh, pertemuan di kantor Michael terdahulu, di mana adiknya berani menggoda wanita mungil itu.
Sekejap hatinya menjadi kesal, seharusnya ia yang pertama kali mengajak, bukan Alano Putra Prasojo!
Adiknya memulai percakapan, Michael enggan menjawabnya. Tapi mereka berdua sudah terlihat online, tidak bisa menghindarinya lagi.
"Hai bro, kau di mana?"
"Brussel!"
"Kapan pulang?"
"Besok!"
"Good! Kapan-kapan kita pergi makan malam, kau bawa tunanganmu, aku ajak Ayu. Kau lihat photo tadi, kami makan siang dengan putranya Alex."
"So-?"
"Ternyata wanita itu boleh juga jadi pasanganku, sikapnya baik tidak materialistis. Putranya ganteng, bro! Its okay-lah, buy one get one, sekalian anaknya juga!"
"Grrrr--- kau pikir mereka barang belanjaan!!"
"Just kidding! Aku mulai dekati Ayu, setelah kau menikah mungkin menyusul juga!"
"Good luck!"
"Grazie!"
Alano menutup percakapan dengan gambar orang tersenyum.
Bagi Michael, itu penghinaan! Adiknya bergerak cepat mendekati Ayu hanya dalam beberapa hari saja.
Sementara dirinya sama sekali tidak dipedulikan wanita itu.
Kau akan menikah, Michael-! Kata-kata itu terus muncul di hatinya.
Ya, ia akan menikah dengan Veronica, tapi hatinya malah menginginkan Ayu. Benar-benar tidak masuk di akal, bagaimana Michael harus berpindah ke lain hati lagi.
Ia mencoba menghubungi Veronica Young, tunangannya berada di Eropa, tapi di kota berbeda.
Tidak masalah bagi Michael, jet pribadinya dapat menerbangkan dirinya ke mana saja. Termasuk membawa pulang bersamanya ke tanah air.
Jika Veronica masih sibuk, Michael dapat menunggunya menikmati waktu berdua saja. Mereka sudah hidup bersama dalam kurun waktu yang lama.
"Hi sayang, kau ada di mana sekarang?" tanyanya ingin tahu.
Suara manja Veronica terdengar, "Aku di Paris. Jadwal pemotretan sudah selesai di Milan. Ada apa sayang?"
Michael menghela nafas, "Nothing. Kapan kau kembali?"
Jarinya membuka kotak rokok di atas meja, menyulut lagi.
"Mungkin tiga hari lagi. Aku harus melakukan pemotretan di lokasi lain di Perancis, kau rindu padaku?" goda Veronica di ujung telepon.
"Sangat! Segeralah pulang jika kau sudah selesai, aku menunggu!" jawab Michael penuh gairah.
"Aku juga merindukanmu, tak sabar kita segera menikah, berbulan madu di Eropa lagi seperti dulu bertemu. Mungkin Venesia atau kota lain yang indah bisa kita kunjungi nanti!" suaranya dibuat mendayu menggoda tunangannya.
Michael mengakhiri percakapannya, "Terserah kau sayang, apa pun pilihanmu aku menyukainya. Sampai bertemu lagi!"
"Bye sayang, muahh!" seru Veronica menciumnya dari jauh.
Michael mematikan handphone lalu memasukkan ke saku.
Terbersit suatu ide, tunangannya tidak berada jauh darinya, memiliki kesempatan mengejutkan dirinya.
Beranjak dari kursi cafe menuju ke pertokoan terkenal, membeli sesuatu yang mahal dan cantik untuk Veronica tersayang.
Ia segera menyusul ke Paris!
***
Ayu terdiam gamang, sepulang dari makan siang tadi bersama Alano.
Pekerjaannya sedikit terganggu bukan karena putranya ada di samping menunggu saatnya pulang kantor.
Tapi karena Alano memintanya pergi makan malam dengan Michael dan tunangan minggu depan, setelah mereka kembali dalam perjalanan bisnis.
Dengan halus Ayu menolak, ia tidak bisa meninggalkan Alex sendiri di malam hari. Alano bersikeras, memperbolehkan Alex ikut bersama mereka.
Pria itu sama saja dengan Michael senang memaksakan kehendak sendiri tanpa mempedulikan perasaannya.
Ia harus membuat alasan sempurna menghindari Alano maupun Michael agar tidak bertemu sesering mungkin.
Kedua pria brengsek itu semakin berbahaya bagi dirinya membongkar pertahanan kekuatan dirinya yang telah dibangun 10 tahun lalu.
Dilemma!
Ayu tak kuasa lagi menahan diri, kekecewaan atas perilaku Michael di masa lalu yang menumbuhkan kebencian terus menerus.
Hanya dalam waktu beberapa minggu saja semua mudah terbaca.
Wajah putranya sangat familiar dengan mereka, baik Alano maupun Michael. Ia harus kembali menyembunyikan Alexander Prasetya Nugraha dari kakak beradik itu.
Menyesal, mengapa tak menolak tawaran menggelar pernikahan mantan suaminya membuat posisi Ayu makin terancam.
Ia harus menjauh, melupakan apa yang terjadi belakangan ini.
Alex satu-satunya miliknya, ia tak akan pernah berbagi pada siapa pun!
Godaan mantan adik ipar pun semakin besar merenggut emosi dan perasaannya.
Bedebah yang tampan!
Sayangnya, Ayu Saraswati sudah membuang ketertarikan pada keturunan keluarga Tuan Prasojo.
***