Chereads / THE GIFT OF LOVE / Chapter 40 - PENYERANGAN

Chapter 40 - PENYERANGAN

Akhir pekan di kota Nice membuka mata hati Michael Putra Prasojo.

Dipertemukan dengan Rara seperti terjangan ombak tsunami yang terus mengirimkan pesan alam tak pernah memiliki laut yang tenang.

Michael pun kian merasa bersalah.

Tiba-tiba saja tangannya cepat membalikkan tubuh Ayu dan mendekapnya erat.

Sesuatu yang mencurigakan di sekitar mereka berdua terlihat dari ujung matanya.

Orang asing yang sibuk mengamati mereka sejak keluar dari Villa Saint Tropez menuju Monaco hingga sekarang di istana tua.

Michael menyadari itu!

"Michael, ada apa? Kenapa kau memelukku erat begini!" teriak Ayu kaget.

Ia tak bisa melihat apa-apa. Mantan suaminya tidak memberi kesempatan untuk melihat situasi yang terjadi.

"Psstt-- tenanglah, Rara. Ada yang mengincar kita berdua, kau selalu aman bersamaku, jangan pernah terlepas dariku!" seru Michael terus memalingkan pandangannya.

Sialnya, ia tidak membawa senjata!

Ayu pasti lebih ketakutan dari yang ia khawatirkan. Wanita itu tidak tahu siapa sebenarnya Michael Putra Prasojo 10 tahun belakangan ini.

Depp-! Wuzzz-!

Letusan senjata memakai peredam suara. Ia mengenalnya dengan baik.

Seseorang menembak saat Michael berusaha menghindar dan berlari, menggandeng kuat tangan Ayu.

"Rara-aaa, lariii----!" teriaknya keras.

Langkah Michael lebih panjang membuat Ayu harus berlari 2x lebih kencang mengayuh kakinya.

Mereka segera menuruni istana tua, berlarian terburu-buru menuju ke parkiran mobil.

Peluru itu meleset mengenai ranting pohon yang rimbun. Dasar pemburu idiot!

Michael tahu jarak pandang pemburu itu terhalang pepohonan, saat ia dan Ayu sedang bercakap-cakap tadi.

Tapi keduanya cukup beruntung, lebih baik terhindar, dari pada tertembak!

Terus berlari, dan berlari!

Colline du Chateau begitu luas, melewati berbagai macam mozaik peninggalan Romawi dan Yunani kuno.

Berada di ketinggian, kemudian turun berlari membuat nafas keduanya menderu.

BRUKK-!

Suara orang jatuh di belakang!

Ayu menoleh ke arah suara itu. Oh tidak-kk! Seseorang yang memburu mereka, tiba-tiba jatuh sudah terkapar, bersimbah darah.

Jantungnya terasa sesak, itu luka tembakan lain.

Ada orang lain lagi mengincar Michael dan Ayu-!

Tangannya terlepas dari mantan suaminya, ia menutup wajah, ketakutan.

Michael langsung mendekap kembali menutupi pandangan yang mengerikan.

"Ayo Rara, kita harus pergi. Kota ini tidak aman bagi kita berdua!"

Michael terus memaksa Ayu melangkah.

Mereka tidak bisa berhenti begitu saja. Masih ada pemburu lain yang mengejar.

Instingnya terus bekerja, bunyi langkah kaki berlari terdengar kuat.

Brengsek!

"Hey Michael, pergilah dari sini, biar aku yang membereskan semuanya!" seru Marc Maretta dari jauh.

Sepupunya membawa dua pengawal lainnya.

Ternyata si brengsek itu mengikutinya terus, tak mau melepaskan Ayu dan Michael berdua saja.

"Grazie! Kita bertemu di bandara, kau harus jelaskan semua ini, Marc-!" balas Michael kesal.

Ia langsung merengkuh bahu mantan istrinya, meninggalkan tempat kejadian perkara secepatnya.

Ayu tak sempat melihat wajah Marc Maretta, tubuhnya terus digiring menuju ke mobil.

Tak ada waktu melihat siapa orang asing yang terluka atau telah mati tadi.

Michael membuka pintu mobil untuk Ayu, memasangkan seatbelt dan memutar menuju kemudi, langsung menyalakan mobil melaju sekencang-kencangnya.

Semua diam, hening, tak ada yang membuka suara. Ayu mendekap dirinya sendiri.

Ketakutannya mulai sedikit berkurang, tapi kebingungan dirinya tak terjawab, kecuali bertanya langsung ke Michael.

"Kita akan kemana?"

"Pulang ke Paris, kota ini tidak aman bagimu dan aku lagi."

"Siapa yang terluka tadi, Michael-? Orang yang sama mengejar kita, musuhmu?"

"Aku tidak tahu, semua begitu cepat! Marc akan menemui kita di bandara Nice dan menjelaskannya!"

Suara Michael terdengar emosi.

Bukan pada Ayu, tapi seseorang yang berani dan lancang mengincar mereka.

Bodohnya, tak terpikir memberi perlindungan lebih.

Senjatanya tersimpan rapih di dalam mobil, terlalu jauh mengambilnya dari lokasi kejadian.

Ada apa sebenarnya, siapa yang memburu mereka berdua!

Memasuki bandara, Michael mengarahkan mobilnya menuju landasan pesawat.

Ayu menoleh heran. Mengapa tidak membeli tiket pulang ke Paris, malah mendatangi sebuah jet pribadi milik orang lain.

"Mengapa ke sini? Kita harusnya ke terminal bandara membeli tiket ke Paris!"

"Kita tunggu Marc sebentar, kau tunggu di dalam pesawat itu."

"Jet pribadi itu milikmu?"

"Bukan! Punya sepupuku, aku meminjamnya kalau sedang darurat. Bisa dipakai mengantar kita pulang ke Paris, sebelum Marc kembali ke Italia!"

Michael berbohong.

Jikalau pun ia mengakui memilikinya, Ayu pasti tak peduli. Wanita ini tidak tertarik kemewahan apapun.

Arloji cantik dan mahal dari Brussel pernah ditolaknya, apalagi pesawat jet ini!

Lagi pula fokus saat ini mencari tahu siapa yang ingin mencelakai mereka berdua, bukan membahas harta kekayaan miliknya.

Ayu Saraswati, bukan seperti Veronica Young jalang matrealistis yang tidak tahu diri!

Captain Gerard menyambut mereka.

Sungguh terkejut, seorang wanita bersama Tuan Muda Michael Putra Prasojo, tapi bukan wanita model angkuh sebelumnya.

Ayu serba salah memandanginya, ia tidak pernah naik pesawat pribadi siapapun.

"Selamat siang, Nona. Silakan menaiki pesawat ini, ada hidangan minuman dan makanan di dalam. Mari aku tunjukkan!" sapa Captain Gerard ramah.

Michael tersenyum kecil.

"Gerard, tunggu sesaat! Marc Maretta sedang menuju ke sini. Kami ingin berbicara sebentar sebelum kembali ke Paris!"

Sang Captain mengangguk, hanya menuruti perintah seseorang telah membayar jasanya begitu mahal, asalkan bisa menerbangkan kemana pun Tuan Muda itu pergi dengan selamat, tentunya!

Kabin pesawat yang cukup luas terdapat sofa panjang, meja dan kursi penumpang. Desain interior mewah, tergambar di dalamnya.

Ayu duduk di kursi pesawat biasa, memakai seatbelt layaknya menaiki pesawat komersial lainnya.

Michael duduk di sampingnya, menyodorkan segelas minuman dingin dan snack kecil di atas meja mereka.

"Minum dan makanlah, sementara menunggu Marc sampai sebentar lagi ke sini."

Ayu menuruti. Berlari dari Colline du Chateau membuatnya haus. Segelas air mineral diteguk tandas olehnya.

Michael tertawa, menuangkan kembali air ke gelasnya dan untuk dirinya.

"Pelan-pelan, Ra! Nanti kau tersedak!"

"Gara-gara kau tadi memegangi tanganku, berlari kencang padahal kau tahu aku ini kakinya pendek tidak sepertimu! Menguras dua kali energi milikku huh!"

"Maafkan aku, kita lebih baik pergi tadi, tak usah lama-lama di sana."

Ayu membenarkan akhirnya. Tak lama Marc datang menemui Michael, tapi mereka tidak berbicara di depannya.

Di luar pesawat membahas sesuatu penting, genting.

Michael menatapnya, tersenyum lagi.

Dari kaca jendela pesawat, mantan istrinya terlihat begitu mencurigai atas pembicaraan mereka berdua.

Keduanya menghisap rokoknya dalam-dalam, asapnya terus membumbung tinggi.

Percakapan mereka lebih dari 15 menit. Ayu melihat di arloji tangannya.

Kudapan kecil tersaji cukup mengenyangkan, memilih lebih baik mengunyah agar energi yang terbuang kembali lagi.

Daripada harus menunggu, pekerjaan yang membosankan.

Sedikit terpikir oleh Ayu, jika Michael sedang mencoba mengelabui dirinya. Jet pribadi ini milik mantan suaminyanya.

Membayangkan Michael membawa Veronica selama 3 tahun ini kemana pun pergi, ada rasa jijik di hati.

Mereka berdua pasti melakukan hal apapun di kabin ini.

Buru-buru melepaskan seatbelt di pangkuannya.

Ayu lebih baik menaiki pesawat komersial dari pada berada di sini. Tapi Michael menghadang lebih dulu.

Marc melambaikan tangan di luar. Mereka pun berpisah di sini.

"Kau mau kemana, pesawat akan berangkat sebentar lagi!" ujar Michael langsung duduk di sampingnya lagi.

Ayu sedikit gelisah.

"Kau kenapa, seatbelt milikmu macet?" tanya Michael bingung.

Tapi wanita itu hanya menggeleng, dan sedikit gugup Ayu bertanya.

"Apa Veronica sering mengikuti kemana saja kau pergi? Kalian pasti melakukan banyak sesuatu di sini. Lebih baik aku pergi dengan pesawat lain, Michael!" desak Ayu memaksa.

Terdengar suara Captain Gerard memberi tahu, pesawat take off sebentar lagi.

Michael mengambil seatbelt Ayu, memasang erat-erat.

Mata biru itu menatapnya lekat seolah-olah mengejek. "Kau terlambat, sayang!"

***