Alano segera menyingkir ke kamarnya sendiri. Persiapan pesta pernikahan Michael Putra Prasojo membuatnya kesal.
Seisi rumah hanya fokus padanya. Belum lagi kakaknya mengetahui skandal dirinya bersama tunangannya, Veronica Young.
Sungguh ia tidak ingin merusak pernikahan mereka, mengutuk nasibnya di ujung tanduk. Jika keluarganya tahu, habis kau Alano!
Berdiri di depan balkon, menggenggam botol minuman keras agar lupa dari kesalahannya.
Ia tak menyadari seseorang memasuki kamar dan diam-diam mengunci pintunya.
Tangan halus mendekapnya dari belakang, tubuhnya begitu rapat di punggungnya. Wangi aroma parfum wanita mengalahkan bau alkohol di sekitar Alano.
"Sayang, kenapa kau menyendiri di sini? Aku mencarimu dari tadi," bisik Veronica manja.
Alano langsung memutar tubuhnya mengelak dari pelukan wanita jalang. "Pergilah, Veronica! Kau menambah masalah, jika bersamaku di kamar ini!"
Wanita jalang itu tersentak kaget. Rayuannya tidak mempan, harus berjuang keras mendapatkan pesona Alano kembali.
"Kau tega membiarkan diriku menerima perlakuan Michael dan wanita pelacur itu tadi? Mereka mengacuhkan aku, berkhianat dariku. Oh Alano, tolonglah aku!"
Sang model cantik memeluk erat adik tunangannya. Pura-pura mengeluarkan air mata.
Bodohnya Alano, tak mampu membedakan mana hal yang baik dan buruk baginya lagi. Minuman menenggelamkan setengah kesadarannya, hawa panas dan nafsu bergejolak.
"Veronica, aku tak bisa menolongmu lagi. Sebaiknya kau pergi dari sini, jangan sampai terjadi sesuatu yang menghancurkan kita berdua!"
Mata Alano menutup sejenak, rasa pusing mendera di kepalanya. Masih terlalu sore untuk bermabuk-mabukan.
"Sayang beristirahatlah, biarkan aku membantu ke ranjangmu," rayu sang model cantik menggodanya lagi.
Botol minuman disingkirkan, tangan Veronica menggiring Alano ke dalam kamar.
Menjatuhkan tubuh mereka berdua ke ranjang empuk milik adik Michael yang bodoh!
Semakin berusaha menghindari wanita iblis itu, semakin garang godaan dilakukan padanya.
Skandal mereka berulang kembali.
***
Di perjalanan menuju kantor, Ayu hanya terdiam. Michael terus mencuri pandang beberapa kali, berusaha fokus menyetir.
Lama kelamaan ia bosan diacuhkan wanita mungil itu."Kau lelah, ngantuk atau lapar? Kita mampir ke sini dulu ya!" ujarnya santai, sambil membelokkan mobil memasuki cafe.
Mata Ayu membelalak. Pria di sampingnya selalu memutuskan sesuatu, tanpa pernah mendiskusikan dengannya dulu.
"Michael, aku ingin kembali ke kantor. Kau selalu saja begitu tidak pedu---," kalimatnya terputus. Mobil telah berhenti di parkiran sebuah cafe.
Michael menoleh ke Ayu.
"Berhentilah mengomel, menghabiskan energi saja. Temani aku minum dan ceritakan yang terjadi tadi siang antara kau dengan brengsek itu!"
Pintu mobil di buka, pria itu berdiri menunggu Ayu keluar bersamanya.
Mau tidak mau, wanita mungil itu harus mengikuti lagi kemauannya.
Yang lebih kurang ajar lagi ketika mereka berjalan sejajar. Michael dengan seenaknya saja menggandeng tangannya di depan pengunjung lainnya.
"Grrr--- Michael, lepaskan tanganku. Kau itu public figure, apa kata orang nanti!" seru Ayu ketus.
Pria itu bukan melepaskan, menggenggam erat. Memasuki cafe lalu memilih sudut ruangan yang terbuka dan sepi.
Pelayan menghampiri sesaat mereka duduk. Michael memesan dua minuman, hot black coffee dan cappuccino berikut makanan kecil lainnya.
Ayu mengernyitkan dahi, ketika tak ada orang di antara mereka berdua lagi. "Kita mau apa di sini, Michael?"
Suara pemantik api terdengar, sebatang rokok terbakar. Pria itu menghembuskan asap ke atas, lalu angin semilir melenyapkannya.
Kemudian memulai pembicaraan lagi.
"Veronica begitu emosi saat ke kantormu, itu aku tahu dari Anita ketika kau berulang kali tidak mau mengangkat telepon dariku. Kau tidak bisa lari dari tanggung jawab menyelenggarakan pesta pernikahan palsu itu, waktunya sudah dekat!"
"Aku tahu, Michael! Aku sudah bersedia melaksanakan itu, kau atau pun Veronica tidak bisa mengancamku. Business is business, right?"
"Good! Lalu kenapa wanita jalang itu memaki dirimu saat itu, jika bukan karena sesuatu?"
"Nothing! Tidak ada yang perlu aku bicarakan tentang itu, hanya persoalan wanita saja!"
"Aku tidak percaya, Ayu! Kalian bertengkar tentang diriku huh!"
Wajah Michael kian condong lebih dekat lagi. Ayu terkesiap buru-buru menghindari, "Sebaiknya aku pulang!"
Tapp! Tangannya ditahan di atas meja oleh tangan kekar di depannya.
"Aku antar kau pulang, setelah memberitahu apa yang dikatakan model keparat itu!" desak Michael ingin tahu.
Tapi wanita mungil itu menggeleng kepala.
Veronica sudah tahu masa lalunya, rahasia yang disembunyikan Ayu selama 10 tahun ini akan sia-sia.
Perdebatan mereka terhenti sejenak.
Pelayan cafe menyajikan pesanan mereka, memandang curiga.
Michael Putra Prasojo, pria tampan idaman para wanita telah bertunangan dengan model cantik Veronica Young. Tapi pria itu malah memegang erat tangan wanita lain.
Michael memberikan senyum tipis ke pelayan, sesaat ia melepaskan tangan Ayu.
Lalu membiarkan melaksanakan tugasnya menyajikan pesanan agar segera enyah dari mereka.
"Tak ada yang perlu aku sampaikan, Michael! Tunanganmu, Veronica sedikit emosi jika kemauannya tidak dituruti perihal persiapan pesta tersebut hanya itu saja tak ada yang lain!"
Ayu harus berbohong agar pria itu tidak mencecarnya lagi.
Sudah diduga Michael tidak percaya kata-katanya.
Untung saja dering gawai miliknya memberi jeda percakapan mereka. "Halo Mom, ada apa?"
Wajah Michael terlihat gusar saat mendengar mama Catarina menghubungi dirinya di sela pembicaraan dengan Ayu.
"Aku mengantar pemilik event organizer ke kantornya kembali. Alano dan Veronica, bukankah masih bersama Mom di sana?" jawabnya kebingungan.
Matanya berputar mengingat sore tadi meninggalkan keduanya di kediaman orang tuanya.
Brengsek kau, Veronica! Alano menghilang bersamanya! Michael geram mendengarnya.
Skandal mereka terjadi dalam lingkungan keluarga Prasojo, begitu jelas terbuka dapat dipantau oleh orang tuanya.
Gawainya di tutup. Michael berjanji akan mampir besok lagi ke sana mengurus pesta pernikahannya.
Ayu bertanya dengan pelan, hatinya tidak ingin mencampuri urusan keluarganya. Ia hanya takut jika Nyonya Catarina merasakan desain pesta putra sulungnya tidak disukai olehnya.
"Ada apa, Michael? Mamamu bertanya soal persiapan pernikahanmu, ada yang harus ditambahkan atau lainnya?"
Tapi Michael menggeleng. "Bukan, bukan itu! Mama menanyakan keberadaan Alano dan Veronica, sepeninggal kita pergi tadi."
Ayu menutup mulutnya ikut terkejut bukan kepalang. Ia memiliki insting yang sama dengannya. "Aa-apa mereka ---?"
Matanya membelalak lagi tak mau membayangkan apa yang terjadi dengan mereka berdua.
Michael tersenyum tipis menahan emosi, menyesap kopi pahit kesukaannya.
"Aku tahu mereka memiliki skandal, tapi parahnya adikku terperosok makin dalam, saat aku mulai keluar dari cengkraman wanita jalang itu!"
Jarinya dimainkan berulang kali mengetuk meja. Rahangnya berubah semakin mengeras kembali. Ia sedang memikirkan sesuatu.
"Apa yang ingin kau lakukan pada mereka? Biar bagaimana pun, Alano itu adikmu!" seru Ayu tak sengaja.
Oops! itu bukan urusannya lagi! Berhentilah Ayu, kau tak perlu menaruh simpati lagi pada kakak beradik bajingan itu! Benaknya mengingatkan.
"Maaf, aku bukan bermaksud mencampuri masalah kalian berdua lagi."
Michael tertawa. "Jika kau ingin membantu menyelamatkan adikku dari wanita jalang itu, maka kau tetap membuat pesta itu meriah mewah seperti keinginannya. Mengenai akhir pesta itu, biar aku memutuskan agar masa depanku dan adikku bisa bebas selamanya dari keparat Veronica!"
Ayu hanya bisa mengangguk, kepalang basah telah menerima tawarannya dari awal dan harus mengikutinya hingga akhir nanti.
Sungguh bedebah kalian, menyusahkan diriku saja! Umpat Ayu kesal di dalam hati.
Ia tak bisa lari kemana-mana lagi.
***