Ayu menutup dirinya kembali. Di kantornya, ia tak menerima tamu siapa pun. Semua urusan di ambil alih oleh bawahannya.
Anita begitu heran dengan sikap atasannya.
"Mbak Ayu kelihatan sedang ruwet ya, ada apa sih? Pak Michael menghubungi kantor beberapa kali, menanyakan persiapan pesta pernikahannya, terus aku harus jawab apa lagi, Mbak?" tanya Anita kebingungan.
"Bilang saja, persiapannya sudah mencapai 50% coba tanyakan lagi jika ada perubahan atau tidak ya, Nit!" kata Ayu tegas.
Ia bersiap-siap keluar kantor lagi. "Aku ketemu klien dulu, tolong awasi kantor. Jika keluarga Pak Michael datang, adiknya atau pun tunangannya, kau saja yang pegang semuanya," perintahnya sekali lagi.
Anita hanya bisa mengangguk, sikap Mbak Ayu sangat aneh hari ini. Ia tak berani banyak bertanya lagi.
Pak Rahmat mengantarkan Ibu Ayu menemui rekan kerja Om Irwan, adik papanya.
Dokumen penting di serahkan semuanya temasuk milik putranya Alexander Prasetya Nugraha.
Ayu tidak ingin memikirkan bisnis saat ini, keselamatan Alex lebih penting dari segalanya.
Hatinya sangat terluka.
Kehadiran Alano maupun Michael Putra Prasojo, cukup membahayakan bagi mereka berdua.
Rahasia yang lama tersimpan, sewaktu-waktu dapat terbongkar kakak beradik brengsek itu!
Dering handphone terdengar lagi, Ayu melihat di layarnya. Nomor panggilan dari Michael, Alano, Veronica tercatat beberapa kali, tak satu pun di angkat olehnya.
Sudah satu minggu sejak kejadian pasca pertemuan Ayu dan Om Irwan di sebuah pernikahan koleganya.
Juga perdebatan sengit antara Michael dan Alano yang menuduhnya selingkuh. Ia tidak bisa terus menghindari mereka, memutuskan bersikap lebih profesional.
Pesta pernikahan Michael dan Veronica kian menjelang, tinggal dua minggu lagi.
Keesokan harinya. Ayu mengambil nafas dalam-dalam, sebelum memasuki ruang kantor Michael Putra Prasojo.
Sekretaris tuan muda mengetuk pintu mengajak ke dalam bersamanya.
Tidak ada senyum di wajah Ayu, datar dan misterius.
Michael langsung menyambut di depan Veronica dan Alano.
Sekretaris cantik segera menyingkir, tamunya sudah bertemu pimpinannya.
"Hai Ayu, kami sudah menunggu kedatangan dirimu dari tadi. Silakan duduk, aku siapkan minuman hangat untukmu," sapa Michael ramah.
Ayu menggeleng, "Terima kasih, Pak Michael. Kita selesaikan saja rencana pesta pernikahan anda secepatnya. Aku harus menemui klien lain setelah pertemuan ini."
Michael melihat mata indah itu berubah tajam, bagai orang bermusuhan.
Alano berada di sofa terdiam kaku, wanita yang disukainya berubah dingin dan kejam.
Mulutnya yang kasar telah menyebabkan banyak masalah.
Hanya Veronica tetap gembira, melihat wanita saingannya tidak lagi sempurna di matanya.
Michael milikku! Kau tidak ada apa-apanya, wanita tua! Cibiran bibir itu semakin jelas di depan Ayu.
"Michael sayang, biarkan Ayu bekerja sesuai tugasnya. Kau telah membayar sangat mahal pesta pernikahan kita. Duduklah bersamaku di sini, sayang!" pinta Veronica manja.
Lengan Michael di gandengnya menuju sofa.
Ketiganya memperhatikan seksama ketika Ayu memaparkan rancangan persiapan akhir mengenai pesta pernikahan megah mewah Michael Putra Prasojo dan Veronica Young.
"Perkembangannya kini mencapai 70% sesuai permintaan anda berdua mengenai gedung, pelaminan, catering dan musik mengiringi di pesta nanti. Para tamu dan undangan, sudah dicukupkan lebih dari 5000 orang. Apakah ada hal lain, yang harus ditambah atau dikurangi dari perincian ini?" tanya Ayu menatap dingin kedua calon mempelai di hadapannya.
Veronica tersenyum puas mendengarnya, jari jemarinya berpautan di tangan kekar Michael.
Tak lama pria itu berdiri meninggalkan tunangannya, melepaskan tangan genggamannya begitu saja.
Alano sedikit terperanjat. Ia hadir mewakili keluarga besarnya.
Hanya Ayu mengetahui mengapa Michael bersikap acuh seperti itu.
Pria angkuh itu mengambil sebungkus rokok di meja kerja, menyulut sebatang, kemudian tubuhnya berbalik menyandar ke meja besar.
"Thanks Ayu, penjelasanmu cukup bagus. Aku tidak masalah dengan itu semua, hanya ingin mengurangi sedikit saja," ujarnya tenang.
Trik yang bagus karena Ayu menatapnya tajam, ingin tahu perubahan apa saja yang diinginkannya.
"Aku membayar pekerjaanmu sesuai kontrak sebelumnya, tidak masalah bagiku! Tapi pesta diubah lokasinya, bukan lagi di gedung tapi di kediaman orang tuaku. Tidak perlu mengundang banyak tamu, relasi, kolega maupun media," perintah Michael Putra Prasojo tegas.
Brengsek! Ini last minute, Michael!
Kau seenaknya saja mengubah rencana dalam waktu dua minggu lagi! Ayu menggerutu di dalam hati.
Ia harus mengulang lagi semuanya dari awal, untung saja undangan belum disebarluaskan, walau media elektronik sudah bersiap meliput pesta pernikahan wanita jalang bersama pria bajingan itu.
Belum sempat Ayu mengajukan protes. Veronica lebih dulu terperangah tak percaya, jika tunangannya membatalkan rencana pernikahan mewah menjadi terlihat biasa saja.
"Michael, kenapa kau tiba-tiba mengubah tempat pesta pernikahan kita?"
Suaranya sedikit emosi, lalu pura-pura terdengar sedih. "Bagaimana kolegaku, jika mereka dibatasi undangannya?"
Michael menikmati ratu drama memainkan peran begitu baik di ruang kerjanya.
Maaf, aku tak akan terkecoh lagi, dasar penipu! Michael mengumpat pelan.
"Apa kau tidak senang, jika kita menikah di kediaman orang tuaku huh!" kecamnya keras.
Veronica langsung mengubah sikapnya.
"Oh bukan begitu sayang, tapi kau berjanji membuat pesta mewah di gedung megah. Waktunya tinggal sedikit, mampukah Ayu mengubah semua secepat itu?"
Alano pun tidak tinggal diam menanyakan, mengapa Michael begitu cepat mengubahnya tanpa memberi tahu keluarganya terlebih dulu.
"Apa Mama dan Papa tahu, kau menggelar pesta pernikahan di rumah saja?"
Michael tersenyum pada mereka bertiga.
"Pesta pernikahan ini tertutup, hanya bagi keluarga besar Prasojo. Setelahnya aku mengadakan resepsi besar untuk seluruh kolega perusahaan dan kerabat dekat."
Veronica berteriak senang. Michael tidak seperti dalam pikiran buruknya, sengaja menggagalkan pesta pernikahan mereka.
Ia memamerkan profil tunangan ke seluruh keluarga, menantu tampan dan kaya raya.
Menanti hadiah pernikahan yang dijanjikan Michael kepadanya, sebuah mobil mewah dan perhiasan mahal.
Lalu terbang dengan jet pribadinya ke Eropa, berbulan madu ke beberapa negara.
Impiannya begitu nyata!
Hanya Ayu yang memahami pemikiran Michael saat ini. Pria itu sengaja membuat kotak jebakan mengerikan bagi tunangan yang mengkhianati selama tiga tahun.
Akhirnya pertemuan mereka berakhir.
Alano segera melapor ke orang tuanya atas perubahan acara pernikahan kakaknya.
Veronica ingin terus bersama Michael, tapi ia harus segera ke butik desainer terkenal pilihannya, mencoba baju pengantin miliknya.
Ayu berkemas memasukkan berkas dan catatannya ke dalam tas. Baru saja beranjak dari sofa, tangannya di cekal Michael agar tidak pergi.
"Tunggu sebentar, Ayu. Kita harus bicara tentang malam itu!" ujarnya memaksa.
Ayu menepisnya, tapi cekalan tangan itu makin kuat.
"Tidak ada yang harus di bicarakan lagi. Aku harus pergi menemui klien lain!" balasnya tajam.
"Kau tidak boleh keluar dari sini, sebelum kita menyelesaikan tentang kejadian malam itu. Aku ingin minta maaf atas sikap Alano. Adikku memang brengsek!"
Michael berusaha keras menjelaskan.
Ayu menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, semua kata-kata Alano mungkin benar. Aku harus dapat menjaga diriku sendiri!"
Emosi lebih menguasai akal sehatnya.
Di hadapan mantan suaminya yang tidak mengenali siapa dirinya, itu lebih baik.
Ayu bisa terus berpura-pura, pernikahan mereka memang tidak terjadi di masa lalu.
"Tolong lepaskan tanganku, aku harus pergi dari sini," pintanya tegas.
Akhirnya Michael melepaskan juga.
Pandangannya tak berhenti sampai tubuh Ayu menghilang. Wanita itu begitu rapuh, tidak seperti pertama kali ia melihatnya.
Tuduhan menyakitkan yang dilontarkan Alano, terlalu dalam menusuk hati Ayu.
Siapa yang pernah menyakitinya, mantan suaminya? Michael bertanya-tanya dalam hati.
Tangannya menyambar kunci mobil dan handphone di atas meja kerja, berlari menuju lift.
Ia mencoba menghubungi Ayu, tapi tidak di jawab padahal belum terlalu lama wanita itu keluar dari kantornya.
Ting! Lift sampai di lobby, matanya memutar ke sekeliling mencari sosoknya. Tepat saat Ayu menuju pintu kaca, keluar gedung ini menunggu mobil jemputan.
Langkahnya cepat, sebelum wanita itu masuk ke mobil. Michael telah menarik lengan Ayu, memerintahkan sopir pak Rahmat kembali ke kantor.
Ia masih ada keperluan dengan atasannya.
Ayu begitu saja mudah di giring Michael menuju ke mobilnya di depan karyawan gedung yang memperhatikan mereka berdua.
Mau tidak mau, Ayu harus menuruti kemauan bajingan itu.
Sayangnya tidak cuma karyawan yang melihat kejanggalan di antara mereka.
Namun Alano dan Veronica masih berada di dalam sana, menatap kepergian mereka di balik kaca jendela besar.
Wajah kecewa Veronica tidak dapat terlukiskan lagi. Alano coba menenangkan mengajak keluar.
Kau benar-benar bajingan, Michael!
***