Tasya menatap Cantika dengan kaku sambil mempertahankan postur tarik kursi.
Dia ingin makan ramen, tetapi juga ingin marah kepada Adipati dan tidak peduli padanya.
Untuk sesaat, dia merasa berada dalam dilema, dan hatinya masih sesak.
Ekspresi Adipati tiba-tiba berubah saat Cantika menatapnya, Cantika menatap Adipati dengan tegas, dan ketika dia akan berbicara, Cantika tersenyum anggun: "Aku memakannya tadi malam."
Ketika Nenek mendengar ini, wajahnya mereda. Untungnya, dia tidak duduk untuk makan. Dia tersenyum pada Tasya, "Tasya, duduklah dan makan."
"Terima kasih, Nenek." Tasya duduk di kursi tarik.
"Nenek dan Paman, luangkan waktumu, aku akan pulang untuk memasak." Cantika melepas celemeknya.
Tanpa bisa dijelaskan, Tasya menatapnya dengan kepuasan di hatinya. Dengan cara ini, Cantika benar-benar dianggap seperti pengasuh.
"Cantika, apa kau masih terbiasa hidup seperti ini?" Tanya Yurika sambil menatap Cantika.
"Ya, sudah kebiasaan."
