Di Guangzhou, Sifeng masih menyusuri jalanan bersama Vincent.
"Hei, apa kau lapar, Vin?"
"Tidak, aku sudah mencium aroma bunga di taman yang kita lewati tadi," jawab Vincent enteng.
"Ah, sungguh kalian hanya makan itu? Makan aroma bunga memangnya kenyang?" Sifeng memekik, tidak percaya.
"Sungguh! Aku pernah mencoba makan makanan manusia satu kali. Dan kamu tahu? Aku mabuk selama satu minggu," jawab Vincent, polos.
"Hahaha, separah itu kah?"
Mereka melewati sebuah gang sepi yang cukup panjang. Di ujung gang, mereka melihat segerombolan orang mabuk. Memang harus berhati-hati melewati jalanan Guangzhou yang terkenal banyak perampok ini.
"Sepertinya, kita harus kembali, Sifeng Ge!" ajak Vincent.
"Kamu takut, Vin?"
"Aku rasa mereka ingin berbuat jahat pada kita, Gege." Vincent berucap.
*Gege = kakak laki-laki (Bahasa Mandarin)
***
"A-Feng itu jiwanya sangat rapuh, A-Shen. Walau di luar adikmu begitu angkuh dan dingin, namun sebenarnya A-Feng hanya seorang anak yang kekurangan kasih sayang. Selama ini, papa telah gagal menjaga A-Feng. Kini hanya kamu yang sanggup menjaga adikmu itu, A-Shen."
[ A- bermakna 'kecil' ketika digunakan sebagai awalan untuk nama seseorang ]
Kata-kata dari ayahnya itu, membuat Zhang Yushen tidak fokus selama di ruang rapat.
Yushen mengingat perkataan ayahnya untuk selalu menjaga Sifeng. Tapi, perlakuan Sifeng padanya, membuat Yushen malas ikut campur dalam segala urusan yang berhubungan dengan Sifeng.
Namun, ini pemikiran Yushen yang lama, kini Yushen telah berubah. Yushen kini menjadi sosok pemuda yang baru. Yushen yang sangat peduli dengan keluarganya. Yushen yang ramah dan lembut.
"President Direktur, apa Anda setuju dengan konsep pesta pembukaan hotel Zhang Group yang baru?" Suara Manager Huo, membuyarkan lamunan Yushen.
"Hmm ... baiklah. Saya serahkan proyek ini pada Manager Huo. Maaf, saya sepertinya kurang sehat. Saya mohon undur diri dari rapat ini. Terima kasih!"
Zhang Yushen pergi begitu saja meninggalkan ruang rapat. Para staf yang hadir merasa bingung dengan tingkah direktur mereka.
***
Di sebuah gang daerah Guangzhou, Sifeng bersama Vin masih bingung dengan apa yang harus mereka lakukan.
Di ujung gang ada segerombolan pemabuk dengan sebotol alkohol di tangan mereka. Akhirnya dengan gaya 'sok cool' , mereka membelakangi para pemabuk itu dan menuju ke arah sebaliknya.
Well, sebisa mungkin mereka menyembunyikan rasa takut mereka.
Namun, ini tidak sesuai rencana Sifeng dan Vin. Para pemabuk itu malah mengejar mereka. Entah apa yang mereka inginkan dari Sifeng dan Vin.
Vin mencoba mengacungkan jari manisnya berkali-kali, berharap ada sedikit kekuatan pada dirinya. Tapi nyatanya, Vin telah kehilangan kekuatannya untuk sementara karena Vin belum pulih. Ini semua karena energi spiritual milik Vin karena diserap sebagian oleh Raja Feuer, dari Kerajaan Fotia.
Sifeng yang tidak paham atas apa yang dilakukan Vin, hanya mendengus, sebal.
Percepat langkahmu, Vin! Ini bukan waktunya memainkan jarimu, Vin!" Sifeng membentak Vin.
"Sebentar! Aku sedang berusaha memanggil Kakakku, Gil." Vin bergumam lirih, sambil menggeledah sakunya.
"Astaga, harmonikaku tertinggal!" teriak Vin yang membuat Sifeng semakin panik.
"Untuk apa kamu memainkan musik di saat seperti ini, Vin? Di belakang ada banyak orang jahat. Kenapa kamu malah mencari harmonika, huh? Apa kamu ingin mengadakan konser?" tanya Sifeng. Namun, Sifeng masih berjalan dengan langkah cepat.
"Hanya dengan memainkan harmonika itu, Gil Brother akan bisa tahu posisi kita." Suara Vin lirih.
Oh ayolah, Guys! Para pemabuk itu semakin mendekat, kalian malah mengobrol?
Bersambung ....
***
Zhang Yushen mengemudikan mobil, meninggalkan kantor cabang milik Zhang Group yang berada di Guangzhou ini.
Pikiran Yushen kini tertuju pada sosok Sifeng, his little brother. Yushen masih mengingat jelas, bagaimana perilaku kasarnya terhadap Sifeng kemarin malam.
Mungkinkah adiknya menganggap perkataa Yushen serius? Ah, mungkin saja, mengingat Sifeng selama ini memang orang yang perasa dan mudah tersinggung.
Saat Zhang Yushen melewati sebuah kios kerajinan tangan, mata Yushen tertuju pada sebuah topeng yang dipajang rapi di etalase. Topeng itu terbuat dari kaca.
"Topeng itu mirip ...."
Zhang Yushen menghentikan mobil. Yushen berniat untuk membelikan Sifeng sebuah topeng kaca. Meski topeng kaca itu sangat jauh berbeda dari topeng kaca karya Mijun Sensei.
Yushen mengingat jelas, bagaimana Sifeng sangat marah, karena topeng kaca kesayangan milik Sifeng itu tidak sengaja dipecahkan oleh Yushen.
"Akhirnya, saya mendapatkan juga sogokan untuk Sifeng," gumam Yushen.
Sebelum masuk ke mobil, mata Yushen tertuju pada keributan yang ada di gang, seberang jalan. Cukup jauh dari posisi Yushen saat ini. Namun, Yushen dapat melihat jelas tindakan kriminal itu terjadi.
Yushen ingin menolong. Yushen segera berlari menghampiri segerombolan orang, yang tengah menghajar dua orang pria tersebut.
"Wahahaha ... maka dari itu, kalian jangan menjadi jagoan, Bocah!" Pria berbadan gendut, menjambak dua pria yang sudah babak belur.
"HENTIKAN!"
Yushen datang, dan langsung menghajar pria gendut itu beserta 4 rekannya.
Bukan hal yang sulit membuat mereka ambruk seketika. Di samping Yushen adalah petarung yang handal, para pria itu juga dalam kondisi mabuk.
Yushen tidak tahu kenapa ada orang yang tidak bisa melawan orang yang mabuk?
Oh iya, Yushen hampir melupakan dua pria yang dihajar 5 orang pemabuk tadi.
Kedua pria itu masih bersembunyi di balik tong sampah besar, persis seperti anak kecil yang takut saat dikejar anjing.
Yushen menghampiri dua pria itu perlahan. Mereka adalah sosok yang dikenal oleh Yushen.
"Astaga! A-Fng! Kamu kenapa bisa di sini, hah?" Yushen tertawa terpingkal-pingkal, melihat muka adiknya yang babak belur.
Ternyata, dua pria yang dihajar pemabuk tadi adalah Sifeng dan Vin. Sungguh beruntung karena Yushen lewat jalan itu dan menolong mereka.
"Jangan terus menertawakanku, Yu Ge! Memangnya lucu, hah?" Sifeng berteriak pada kakak tuanya. Sifeng keluar dari persembunyian dan membersihkan bajunya yang sangat kotor dan bau, karena bersembunyi di belakang tong sampah tadi.
Yushen menghampiri Vin dan membantu Vin untuk berdiri.
"Kamu tidak apa-apa, Vin? Mana yang sakit, eum?" Yushen bertanya lembut pada Vin.
"Tidak apa-apa, Gege," jawab Vin, yang ikut-ikutan memanggil 'Gege' pada Yushen, seperti yang dilakukan Sifeng.
"Tapi bibir kamu berdarah, Vin." Yushen mengamati setiap luka pada wajah Vin.
Sifeng yang berada di antara mereka langsung iri. Sifeng tidak suka jika Yushen memperlakukan orang lain dengan baik, sedangkan jika pada Sifeng, Yushen selalu jahat.
"Oi, Zhang Yushen! Sebenarnya, adik kamu itu aku atau Vin, hah?" teriak Sifeng, memprotes tindakan Yushen.
Yushen malah tertawa mendengar protesan dari adiknya itu.
"Ckckck, kamu ini bagaimana, A-Feng? Ini semua salah kamu! Bukankah aku sudah mengajarimu sedikit trik dalam bertarung, A-Feng? Kenapa ku tidak bisa melawan mereka, hah? Mereka hanya segerombolan pemabuk, A-Feng. Bahkan, aku bisa mengalahkan mereka dengan satu pukulan."
Yushen masih terus menyombongkan diri, tanpa menyadari ada bahaya di belakangnya.
Well, salah seorang dari pemabuk itu sadar dari pingsannya, dan saat ini akan menghampiri Yushen bersama botol di tangannya.
Mata pemabuk itu merah dan penuh dendam. Pemabuk itu semakin mendekat ke arah Yushen, dan sepertinya akan memukul kepala Yushen.
Sifeng menyadari ada bahaya mendekati kakaknya.
"Yushen, awas!"
Sifeng mendorong Yushen menghindar dari serangan pemabuk itu.
Tapi sial, pemabuk itu malah menghantamkan botolnya tepat di kepala Sifeng. Sangat keras.
PYARR!!
Suara botol itu mengenai kepala Sifeng dan hancur berkeping-keping.
Yushen masih tertegun melihat kejadian itu. Sungguh cepat, hingga membuat Yushen tidak dapat berbuat apa-apa.
"Aarrghhh!" Sifeng mengerang kesakitan. Kedua tangannya memegang erat kepala.
Sungguh sakit.
Rasanya kepala Sifeng ingin pecah. Darah segar keluar dari ubun-ubun Sifenv.
Yushen kini murka. Dia menubrukkan kepalanya pada perut pria pemabuk tadi. Yushen menghajarnya habis-habisan.
"Brengsek kau!"
Yushen membenturkan kepalanya ke kepala pemabuk itu. Yushen juga membenturkan kepala pria itu ke tiang listrik di dekat mereka.
Sungguh tidak ada ampun bagi pemabuk itu.
Bagaimana bisa pemabuk itu melukai adik yang selama ini Yushen lindungi dengan nyawanya.
"Hentikan, Gege!" panggil Sifeng lirih, dan hampir tidak terdengar.
Yushen melepaskan pemabuk yang sudah tak sadarkan diri itu.
Yushen menghampiri Sifeng yang tergeletak di tanah. Yushen membawa kepala Sifeng ke pangkuannya.
"A-Fng, tenanglah! Kamu akan baik-baik saja, Adikku. Tetaplah terjaga, A-Feng!"
Yushen terus menepuk pelan pipi Sifeng, agar adiknya tetap terjaga. Selama ini, hanya Sifeng yang selalu membuat Yushen panik. Sama seperti saat ini.
Sifeng mengangguk. Dia berusaha agar tetap terjaga, seperti yang diperintahkan Yushen tadi.
"Saya ... saya telah menyelamatkan kamu sekali lagi, Gege. Aakkh!!"
Sifeng kehilangan kesadarannya.
"A-Feng! Buka matamu, kumohon!" Yushen menepuk-nepuk pipi Sifeng, berusaha menyadarkan adiknya.
"Gege, kita harus membawa Sifeng Gege pulang! Gil Brother pasti bisa menyembuhkannya," ajak Vin.
"Tidak, Vin. Aku akan membawa Sifeng ke rumah sakit saja."
Yushen menggendong Sifeng di punggungnya. Hatinya begitu kacau. Yushen merasa tidak berguna sebagai saudara. Padahal, ayahnya sudah menyuruh Yushen untuk bertanggung jawab atas keselamatan adiknya. Tapi, Yushen malah membuat Sifeng celaka seperti ini.
Sifeng selalu saja menyelamatkan Yushen. Dan Yushen tidak suka dengan sikap adiknya yang seperti ini. Sifeng seolah-olah menjadikan tameng bagi siapa pun yang berada di sekitarnya. Dan Yushen tidak suka sikap adiknya yang seperti itu.
Yushen benar-benar menyesal saat ini.
Bagaimana bisa adiknya terluka, bahkan di depan mata Yushen sendiri? Hanya untuk menyelamatkan Yushen, Sifeng malah terkena celaka.
Yushen berlari sambil membawa tubuh Sifeng di punggungnya. Dia berlari menuju mobilnya yang terparkir di seberang jalan sana.
Vin mengikuti dari belakang.
Bersambung ....