"Apa adikku meminta kamar tadi?" tanya Yushen.
"Iya, Tuan Muda. Tuan Muda Zhang meminta satu kamar dan saya memberinya kunci kamar 04. Dia terlihat sangat pucat tadi," jawab resepsionis itu, yang membuat Yushen semakin panik.
"Beri aku kunci duplicate-nya! Cepat!" Yushen mengetuk-ngetuk meja, seolah tidak sabar menunggu resepsionis itu mengambilkan kunci.
"Ini, Tuan." Resepsionis itu memberikan kunci duplikat yang diminta Yushen.
Yushen segera mengambil kunci itu dan berlari menuju kamar 04.
Zhang Yushen membuka pintu kamar itu. Tangannya bergetar hingga menjatuhkan kunci. Yushen tidak sanggup membayangkan kondisi Sifeng saat ini.
Yushen memungut kunci kembali dan mencoba membuka pintu kamar itu. Berhasil. Namun, kenapa pintunya masih sulit terbuka?
Zhang Yushen mendorong pelan pintu itu. Yushen memasukkan sebagian kepalanya ke ruangan. Yushen tidak menemukan Sifeng di kamar itu.
Kamar ini sepi. Lalu, Yushen melirik ke bawah pintu. Apa yang sebenarnya membuat pintu ini macet?
Astaga, sebuah tubuh tergeletak tidak berdaya, tepat di balik pintu. Yushen sangat terkejut.
Apa yang dilakukan Sifeng di dekat pintu ini? Apa Sifeng tidak ingin ada seorang pun masuk? Atau mungkin Sifeng pingsan? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di benak Zhang Yushen.
Yushen tidak bisa masuk kalau Sifeng masih tiduran di balik pintu, seperti itu.
Yushen akhirnya berjongkok dan memasukkan tangannya ke dalam. Yushen mengguncang bahu Sifeng. Pelan.
"A-Feng! Bangunlah! Apa kamu ingin tiduran seperti ini, heh? Hei, Zhang Sifeng! Cepat bangun dan menyingkirkan dari pintu!" panggil Yushen, keras. Memang terdengar sangat kasar. Tapi, ada rasa khawatir pada nada bicara Yushen. Yushen mengkhawatirkan kondisi adiknya saat ini.
Tidak ada respon, Sifeng masih tertidur di balik pintu. Zhang Yushen semakin panik.
Sifeng masih tertidur di balik pintu. Yushen mulai panik.
Gil dan Vin tiba-tiba telah berada di sisi Yushen. Langsung saja Yushen terkejut.
"Kalian??" Yushen memekik.
"Apa yang salah dengan Sifeng Gege?" tanya Vin.
"Saya tidak tahu. Sifeng tertidur di balik pintu ini," jawab Yushen dengan wajah datar. Yushen menyembunyikan rasa khawatirnya.
"Aku akan masuk ke dalam dan memindahkan Sifeng ke ranjang," ucap Gil. Detik berikutnya, Gil telah berada di dalam kamar.
Di dalam kamar hotel.
Gil mengarahkan kedua tangannya ke tubuh Sifeng. Bersamaan dengan itu, tubuh Sifeng terangkat di udara dan pindah ke ranjang dengan kekuatan spiritual yang dimiliki Gil.
Gil berhasil memindahkan tubuh Sifeng ke ranjang dengan hanya mengayunkan kedua tangan di udara. Ini memang salah satu kemampuan dari Keluarga Greyrat.
Yushen dan Vin langsung masuk ke dalam kamar, ketika tubuh Sifeng sudah berhasil dipindahkan dari balik pintu.
Gil menyentuh kening Zhang Sifeng dengan 2 jarinya. Sesaat kemudian, Sifeng tersadar.
"Gil, sebaiknya kamu ajak Vin beristirahat! Kalian sudah mendapat kunci kalian, ya? Lagipula, terlihat jika Sifeng sudah baik-baik saja. Terima kasih atas segala bantuan kalian!" Zhang Yushen membungkukkan badan pada Gil dan Vin.
"Kamu ini seperti sama siapa saja, Yushen. Baiklah, kami ada di kamar sebelah." Gil dan Vin beranjak pergi, meninggalkan kamar Zhang Sifeng.
***
Di dalam kamar hotel.
Gil mengarahkan tangannya ke tubuh Sifeng. Bersamaan dengan itu, tubuh Sifeng terangkat ke udara dan dipindahkan ke tempat tidur dengan kekuatan spiritual Gil.
Gil berhasil memindahkan tubuh Sifeng ke tempat tidur hanya dengan mengayunkan tangannya ke udara. Ini memang salah satu kemampuan Keluarga Greyrat.
Yushen dan Vin langsung masuk ke kamar, saat tubuh Sifeng sudah berhasil dipindahkan dari balik pintu.
Gil menyentuh dahi Zhang Sifeng dengan 2 jarinya. Sesaat kemudian, Sifeng sadar.
"Gil, lebih baik kamu bawa Vin untuk istirahat! Kamu sudah mendapatkan kuncimu, kan? Lagipula, sepertinya Sifeng baik-baik saja. Terima kasih atas semua bantuanmu!" Zhang Yushen membungkuk pada Gil dan Vin.
"Kamu seperti orang lain, Yushen. Baiklah, kita di kamar sebelah." Gil dan Vin berjalan pergi, meninggalkan kamar Zhang Sifeng.
Saat ini, hanya Yushen dan Sifeng yang berada di ruangan ini.
Yushen duduk di tepi ranjang adiknya. Dia menyentuh dahi saudaranya dan merasakan tubuh Sifeng memanas.
"A-Feng, kamu baik-baik saja? Tapi, kamu demam, A-Feng. Apakah kamu perlu memanggil dokter?" Yushen bertanya pada saudaranya.
Zhang Sifeng terdiam.
Tatapan pemuda 22 tahun itu kosong. Sifeng melihat ke sudut ruangan, seolah ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Yah, sosok Xiuxiu muncul dalam imajinasi Sifeng. Wajah Xiuxiu sangat lembut. Wanita cantik itu menggenggam erat tangan Sifeng.
"Apa kamu sakit? Di mana yang sakit, Sayang?" Xiuxiu mengusap dahi Sifeng.
Sifeng mengangguk pelan. "Aku ingin berada di duniamu, Xiuxiu. Aku lelah. Aku mohon ajaklah aku bersamamu! Dunia ini begitu kejam terhadapku."
Yushen tiba-tiba menampar pipi Sifeng. Seketika itu juga, sosok Xiuxiu menghilang dari pandangan Sifeng. Semua tadi hanya imajinasi Sifeng yang sangat rindu kepada Xiuxiu, wanita yang sangat Sifeng cintai. Namun, wanita itu meninggal karena Sifeng.
Sifeng menggosok-gosok pipi yang memerah, bekas tamparan Yushen yang sangat keras, tadi. Sifeng menatap tidak suka ke arah Yushen.
Bukankah mereka sudah berbaikan? Lalu, apa alasan his brother itu meenganiaya Sifeng lagi? Sifeng berkata dalam hati.
"Kamu mengigau apa tadi, A-Feng? Apa maksudmu ingin Xiu Jie agar membawamu, hah?! Kamu ingin ikut mati atau apa?!" bentak Yushen, ketus.
*Jiejie = kakak perempuan
Sifengg hanya terdiam dibentak-bentak oleh Yushen. Air mata Sifeng menetes membasahi pipi.
Hening sejenak. Suasana ruangan itu diselimuti kecanggungan.
"Lihatlah aku, A-Feng!" Yushen memegang kedua pipi Sifeng. "Ingatlah ini! Duniamu saat ini adalah dunia yang kamu lihat. Dunia yang sama seperti yang saya lihat. Jadi, jangan pernah berpikir untuk menghilang dari dunia ini dan berada di dunia Xiu Jie. Kakak perempuanku itu sudah mati. Dan itu penyebabnya adalah dirimu, Zhang Sifeng!"
"Benar! Aku memang penyebab kematian Xiuxiu. Lalu, kenapa sekarang, Zhang Yushen? Apa kamu masih ingin membunuhku? Jika benar, sekaranglah waktunya!"
Plak!!
Yushen kembali menampar pipi Yushen. Yushen menarik kerah baju Sifeng.
"Aku sebenarnya ingin membunuhmu, Sifeng! Tapi sebelum meninggal, Xiu Jie berpesan untuk tidak menyakitimu! She juga berpesan agar aku memastikan jika kamu hidup dengan baik, Zhang Sifeng!"
Sifeng mengalihkan pandangannya dari Yushen. Tidak ada kata yang terucap. Sifeng kini membelakangi Yushen
"A-Feng! Maafkan aku!" Yushen merasa menyesal karena membentak-bentak lelaki yang ternyata adalah adik kandungnya, meski berbeda ibu.
"Diamlah, Yushen! Tinggalkan aku sendiri!" Sifeng kembali berbaring, dan menutupi telinga menggunakan bantal.
"Apa kamu ingat saat aku tertembak, A-Feng?" Yushen duduk di pinggir ranjang milik Sifeng.
Kini giliran Sifeng yang penasaran tentang cerita Yushen selanjutnya. Sifeng bangkit dan ikut duduk di sebelah Yushen.
"Kenapa memang, Yu Ge?"
"Saat itu, rasanya aku telah terbebas dari bebanku. Tapi, takdir berkata lain, takdir membawaku kembali ke dunia yang ingin aku hancurkan."
"Jadi, kamu menyesal karena sudah aku selamatkan, heh?" ujar Sifeng.
"Bukan begitu, Bodoh! Setidaknya, aku lebih menghargai hidupku saat ini daripada kamu!" Yushen mendorong pelan lengan Sifeng.
"Tapi, rasa bersalah itu selalu menghantuiku, Yu Ge," ucap Sifeng sambil melihat ke arah jendela hotel.
"Dua tahun telah berlalu. Xiu Jiejie juga telah tenang di dunia sanam Aku mohon jangan sia-siakan hidupmu! Tetaplah hidup demi kami, demi aku dan ayah dan keluargamu yang lainnya!"
Sifeng termenung memikirkan kata-kata dari his brother. Sifeng akhirnya memeluk erat Yushen.
Maafkan aku, Yu Gege! Aku selalu membuat kamu dan ayah khawatir."
"Sudahlah, lupakan saja! Sekarang minumlah obatmu dan kembali beristirahat!"
Sifeng mengangguk pelan.
***
Di kamar 05, Gil dan Vin berganti pakaian yang telah disediakan untuk mereka. Mereka tidak ingin menghadiri pesta lagi. Menurut mereka, pesta itu sungguh membosankan.
Vin mengambil segelas air. He menuangkannya ke tangan. Vin meniup air itu. Seketika itu juga, air tadi berubah menjadi bunga sakura, yang berterbangan di seluruh ruangan.
"Gil Brother, aku merindukan bermain di Lereng Sakura di tempat kita berasal," ujar Vin, masih dengan meniup-niup air yang ada di tangannya.
Gil mendekati Vin. "Apa kamu ingin pulang saat ini, Vin?"
Vin mengangguk pelan.
"Tapi, Gil Brother! Aku masih tidak habis pikir kenapa Raja Feuer begitu menginginkan diriku?"
"Raja dari Kerajaan Fotia itu sangat ingin merebut energimu secara paksa, Vin. Dan kau pasti tahu, apabila energi seorang Dewa diambil secara paksa, maka Dewa itu akan tewas," ungkap Gil.
"Lalu, kenapa harus aku, Gil Brother? Bukankah ilmu saya jauh lebih buruk dari Anda dan kakak tertua kita?"
"Sebenarnya, apabila kamu mau berlatih lebih keras lagi, kekuatanmu akan jauh melebihi aku dan kakak tertua kita, Vin. Bahkan, kekuatanmu dapat setara dengan ayahanda." Gil menjelaskan.
"Kenapa begitu, Gil Brother? Bukankah kita sama-ama keturunan asli klan Greyrat?" tanya Vin.
"Memang benar, Vin. Tapi walau begitu, hanya sebagian kekuatan dari ayahanda yang bisa aku dan kakak tertua pelajari. Leluhur kita, melarang ayahanda mengajarkan semua kekuatan spiritual pada keturunan Ayahanda.
"Ayahanda hanya boleh mengajarkan sebagian saja kekuatan. Jika tidak, maka akan terjadi perebutan kekuasaan di kemudian hari. Ini sudah menjadi Keputusan Langit, Vin."
"Lalu, kenapa aku ...." Vin bertanya masih penasaran.
"Waktu kau baru lahir, kau sakit-sakitan, Vin. Bahkan, para tabib istana telah meramalkan hidupmu tidak akan bertahan lama. Ayahanda dan ibunda hanya bisa menghilangkan rasa sakitmu sementara, mereka tidak dapat menyembuhkan kamu.
"Akhirnya, ayahanda menentang
Keputusan Langit dan menyegel sebagian kekuatannya pada dirimu, Vin. Bahkan, ayah pernah disegel beberapa tahun di Gunung Hitam karena melanggar Keputusan Langit."
"Sebesar itukah pengorbanan ayahanda pada saya, Gil Brother?" ucap Vin, sedih.
"Benar, memang seperti itulah ayahanda kita. Walau, ayah kita sangat tegas dengan semua Negeri yang ada di bawah kekuasaannya, tapi dia sangat menyayangi kita, Vin."
"Ayahanda selain Dewa yang menguasai 3 Dunia, dia juga ayahanda terhebat di 3 Sunia ini. Bukankah begitu, Gil Brother?" ujar Vin, bangga.
Gil mengangguk pelan dan membelai rambut Vin
"Lalu siapa yang melepaskan ayahanda dari segel Gunung Hitam, Gil Brother?"
"Ada seorang Penjaga Perbatasan yang berhasil menghilangkan kutukan ayahanda. Sampai saat ini, ayahanda tidak mengetahui keberadaan orang tersebut. Entah bagaimana caranya, saya juga tidak mengerti. Bagaimana bisa seorang Penjaga biasa dapag membebaskan ayahanda kita dari Kutukan Gunung Hitam."
Vin terdiam, seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Sudahlah, kita harus beristirahat sekarang! Besok kita akan kembali melatih kekuatanmu di danau dekat apartemen. Ayo beristirahat!" ajak Gil sambil menghilangkan bunga sakura yang berserakan di lantai.
***
Jack Greyrat adalah penguasa di Triloka. Ia menjadi raja dari klan Greyrat. Ia menguasai kekuatan dari dua elemen kuat yaitu air dan api.
Jack memiliki 3 putra dari permaisuriya yang bernama Ratu Eliz. Putra pertama bernama Glen Greyrat. Glen diberi mandat oleh ayahandanya untuk memerintah di Kerajaan Tranmoz, Kota Gefroren. Lalu, anak kedua dan ketiga yaitu Gilbert Greyrat dan Vincent Greyrat.
Setelah penyerangan oleh Raja Fotia, Gil dan Vin melarikan diri ke Dunia Manusia untuk memulihkan kekuatan mereka.
Meski mereka jauh dari orang tua mereka, tapi Jack Greyrat tidak pernah sekalipun tidak memantau putra-putranya.
Setiap saat Yang Mulia Jack selalu mengawasi putra-putranya menggunakan kekuatan yang penguasa itu miliki.
***
Yang Mulia Agung Jack Greyrat akan menyusul kedua putra?
To be continued ....