Mentari masih belum muncul seutuhhnya. Sifeng sudah terbangun. Sifeng menemukan Yushen tidur di sebelahnya. Wajah Yushen terlihat begitu kelelahan. Zhang Yushen harus menemani para tamu sampai larut malam.
Sifeng begitu mengerti, pasti his brother sangat lelah semalam hingga tertidur di kamar ini. Jadi, Sifeng tidak akan membangunkan his brother.
Sifeng kini mulai bangun dan menggeliat. Sifeng masih mengerjap-erjapkan mata, sambil sesekali menguap. Mata Sifeng melihat sosok pria berusia sekitar setengah abad, sedang duduk di kursi, tidak jauh dari ranjang milik Sifeng.
Sifeng mengucek mata, seolah tidak percaya dengan keberadaan sosok itu. Pikirannya melayang, ini sangat tidak mungkin. Sifeng merasa mungkin saat ini dia masih bermimpi. Tidak mungkin sosok yang berada di hadapannya itu adalah kepala keluarga Zhang? Sifeng berkata dalam hati.
"Bagaimana mungkin ini? Apa ini adalah mimpi yang lain? Biasanya, orang sering mengalami mimpi di dalam mimpinya, bukan? Tidak mungkin yang berada di depanku saat ini adalah papah. Itu mustahil!"
Sifeng meracau lirih, hingga yang terdengar hanya gumaman-gumaman tidak jelas.
"A-Feng! Ini memang Papah!" Sosok lelaki itu berucap.
Sifeng terlonjak, kaget. Sifeng masih belum percaya seutuhnya. Otaknya memproses sangat lama. Selain Sifeng memang baru bangun tidur, Sifeng juga merasa tidak mungkin jika Tuan Besar Zhang itu datang jauh-jauh ke Guangzhou ini. Lalu, untuk apa?
"Ini pasti hanya mimpi karena aku demam semalam," ucap Sifeng. Dia sambil memukul-mukul pipinya sendiri. Dan itu terasa sakit. Well, berarti ini bukan mimpi, Sifeng!
"A-Feng, kamu sudah bangun? Kenapa kamu terkejut begitu? Ini memang Papah, Son!" ujar Tuan Zhang.
Lelaki itu bangkit dari kursi dan saat ini berjalan pelan menuju ke ranjang Sifeng.
"Pa-pah? Bagaimana bisa? Kenapa Papah bisa berada di sini?" jawab Sifeng dengan suara terbata. Sifeng masih syok melihat Tuan Zhang yang muncul secara tiba-tiba. Seperti hantu saja, batin Sifeng tidak mempunyai sopan santun.
Sifeng bingung harus berkata apa pada his Papah. Jadi, Sifeng menoleh ke samping kirinya, tempat Yushen masih tidur nyenyak. Sifeng ingin meminta bantuan saudaranya. Sifeng takut karena mungkin Tuan Zhang datang jauh-jauh ke tempat ini, hanya untuk menghukum Sifeng. Mungkin Sifeng melakukan kesalahan.
Sifeng memukul kepala Yushen dengan bantal. Begitu keras.
"Bangunlah, Zhang Yushen! Papah kita berada di sini!"
Yushen hanya menggeliat dan setalah itu kembali menarik selimutnya. Yushen masih memejamkan. Dia malas untuk bangun karena Yushen merasa ini massoh sangat pagi.
"Zhang Yushen! Aku benar-benar serius saat ini, Bodoh! Papah memang berada di tempat ini!" Sifeng terus memukuli wajah Yushen menggunakan bantal.
Namun, Yushen malah menutupi seluruh tubuh dan wajahnya menggunakan selimut tebal.
Sifeng kesal dan menarik selimut his brother dengan paksa, agar Yushen cepat bangun.
"Zhang Yushen! Yushen Gege! Cepatlah bangun aku bilang! Ada Papah di sini, Bodoh!" Sifeng berteriak tepat di telinga his brother.
"Hentikan halusinasimu, A-Feng! Apa demammu belum turun, eo? Kemarin kamu bilang jika Xiuxiu Jiejie berada di sini. Sekarang malah kamu bilang jika Papa di sini. Itu mustahil! Sejak kapan kamu punya hobi berhalusinasi, eum?" ujar Yushen, masih dengan mata terpejam.
"A-Shen! Ini memang Papah!" Suara berat khas lelaki paruh baya mengalun.
Mata Yushen melotot seketika. Yushen buru-buru bangun dan membungkukkan badannya.
"Maafkan saya, Papah. Kapan Papah tiba di Guangzhou ini?" ucap Yushen, gugup.
To be continued ....