Saat ini, Gil dan Vin masih berada di danau. Jika kesehatan Vin sudah pulih, mereka akan pulang ke alam mereka. Mereka tidak ingin merepotkan para manusia itu.
"Kak Gil, selama ini aku hanya mempelajari kekuatan elemen air. Aku belum pernah mencoba kekuatan elemen api-air secara bersamaa yang aku miliki." Ujar Vin sambil terus memainkan jari-jemarinya di udara. Bersamaan dengan itu air danau terangkat di udara, membentuk suatu pusaran ke udara. Semakin Vin menggunakan energinya, maka pusaran air di udara itu berputar semakin kencang
"Aku juga tidak bisa mengajarimu, Vin. Hanya ayahanda yang bisa mengajari kamu." Gil tersenyum tipis, merasa konyol dengan pertanyaan adiknya. Gil saja tidak tahu jenis kekuatan besar semacam apa yang dimiliki adiknya, mana mungkin dia bisa mengajari Vin?
"Apa kamu rasa, ayahanda mau mengajariku, Kak Gil?"
"Entahlah, Vin. Kenapa tidak kamu coba tanyakan kepada ayahanda langsung saja, huh?" ucap Gil sambil masih sibuk membuat patung bentuk singa dari pahatan batu kecil. Gil ingin memberi hadiah pada manusia yang selama ini menolong mereka, Zhang Yushen dan Zhang Sifeng.
Vin terdiam sejenak. Vin takut jika harus meminta sesuatu pada ayahandanya.
Tiba-tiba, ada kumpulan kabut berwarna ungu mengitari Vin. Kabut itu terlihat sangat pekat hingga membuat Vin sedikit risih. Vin juga kesal karena hanya dia yang diganggu oleh kabut berwarna ungu pekat itu. Sedangkan, saudaranya, Gil, masih duduk dengan santai tidak jauh dari Vin berada.
Vin mengibas-ibaskan tangan. Berharap kabut itu menjauh darinya. Tapi tidak, kabut ungu itu malah mengerubungi Vin. Sangat tebal, hingga membuat Vin tidak dapat bergerak saat ini. Vin mulai ketakutan. Dia mengalami trauma karena serangan Raja Fotia waktu itu.
"Kakak Gil! Tolonglah aku!" teriak Vin.
Gil hanya menoleh pada Vin sebentar. Setelah itu, Gil tersenyum, seolah tidak perduli pada saudaranya.
Kabut ungu tadi menutupi seluruh tubuh Vin saat ini. Dada Vin terasa sesak karena kabut ungu itu terus menekan tubuhya.
"Kak Gil! Saya tidak bisa bernapas! Tolonglah saya!" suara Vin, terbata-bata.
Gil masih terus mengamati ukiran-ukiran di patung singa yang Gil buat. Gil mengagumi maha karyanya sendiri. Patung singa yang terbuat dari batu itu sangat indah.
Setelah puas mengagumi maha karyanya sendiri, Gil menoleh ke arah Vin. Adiknya itu masih berteriak meminta tolong. Gil mengembuskan napas.
Sesaat kemudian, Gil mendekati kabut berwarna ungu yang menutupi tubuh adiknya.
"Ayahanda, jangan terus menggoda adikku! Lepaskan Vin, Ayah!" Gil berteriak kesal.
"Apa?" Vin memekik. Vin mengerak-gerakkan tubuh agar terbebas dari kabut ungu tadi.
Kabut itu berubah menjadi sosok pria bertubuh tegap. Pria itu sangat tampan. Rahangnya tegas, hidungnya panjang dan mancung, tatapan matanya sayu. Rambutnya ia biarkan panjang terurai. Bajunya khas panglima dari Dynasty Han.
"Ayahanda!" Vin berbalik ke sosok yang memeluknya dari belakang.
Vin balas memeluk pria itu. Kini, pelukan Vin bahkan lebih erat dari pelukan kabut hitam itu. Gil juga ikut berhambur memeluk ayahanda mereka.
"Hahaha ... para pangeran pemberani ayah! Ayah sangat merindukan kalian." Yang Mulia Jack Greyrat mencium kening putra-putranya bergantian.
Vin melepaskan pelukan ayahnya. Vin mengamati penampilan ayahandanya dari atas ke bawah.
Vin menyilangkan tangan di dada. Vin seolah menjadi juri komentator di sebuah acara fashion show.
"Hmmm, kurasa ayahanda salah kostum saat ini."
Yang Mulia Jack melotot pada Vin. Tinggal beberapa minggu di dunia manusi, membuat putranya itu bertingkah seperti manusia kebanyakan.
"Menurut saya juga begitu, Vin. Ayahanda seperti seorang pemain di serial wuxia. Oh ayolah, Ayah! Ini Guangzhou, Ayah. Kita bukan berada di Dynasty Han. Hahaha ...." Gil tertawa geli melihat penampilan ayahnya.
Lord Jack menjewer telinga kedua putranya.
"Kalian berani berkomentar tentang penampilan pemimpim 3 dunia, hah?"
"Aakkhh ....! Maafkan kami, Ayah! Tapi penampilan ayahanda sangat lucu." Vin tertawa sambil memegangi telinga.
"Lucu? Apa maksud kalian? Ayah memakai baju seperti ini juga waktu ayah pertama ke Dunia Manusia." Lord Jack berkata.
To be continued ....