"AWALNYA Mama ragu dia takut tak mampu mengelola usaha itu. Namun berkat kepiawaian Aira, hingga saat ini pabrik bisa berproduksi dengan baik dan diminati oleh pasarnya."
"Apa menurutmu aku bisa selicik itu?"
"Aku tidak memintamu untuk berbuat licik seperti mamaku. Aku hanya memintamu menjadi pecinta yang baik dan setia untukku."
"Kamu tidak sedang memanfaatkan aku, bukan?"
"Apakah kamu tak paham juga, kalau aku sebenarnya sangat mencintaimu, Lala?"
Aila menegakkan kepala, ingin sekali rasanya dia bisa mempercayai apa yang dikatakan Sandro.
Tapi, melihat sikap suaminya akhir-akhir ini sering berubah-ubah, Aila sungguh sangat meragukan itikad baik
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" pertanyaan basa basi itu yang akhirnya terucap dari mulut Aila Lakaran.
"Mari kita ikuti semua maunya Mamaku."
"Baiklah."
Sandro meraih istrinya, lalu mendekap erat tubuh Aila yang terasa jauh lebih kurus.
Sandro merasakan perubahan itu. Di dalam lubuk hati, lelaki muda itu benar-benar jatuh iba.