Suara pintu kamar yang dibanting dengan kencang, mengagetkan Brian dan Aira. Wajah Aira nampak semakin panik, emosinya jelas seperti diaduk-aduk.
Dengan dada berdebar perempuan itu segera berlari mencari pojokkan yang paling dirasanya aman.
Di pojok teras rumah kontrakan Sandro, Aira duduk meringkuk sambil memeluk lutut. Wajahnya disembunyikan dalam-dalam di antara kedua lutut yang tertekuk .
Brian bingung, antara hendak mengambur ke dalam rumah untuk melihat apa yang tengah terjadi, atau tetap di sini dan terus berusaha menenangkan Aira.
Brian menarik napas dalam dan membuangnya berkali-kali. Di pejamkannya mata, sambil mencoba mengingat-ingat bagaimana cara Jake saat menenangkan Aira.
Ah, ternyata pikiran tuanya cepat sekali lupa. Dia tak ingat apapun soal Jake.
Ah, Jake. Dimanakah lelaki muda itu sekarang berada. Sudah lebih tiga bulan sama sekali tak ada kabar beritanya.
***