Aila membangun sendiri, romantisme di dalam kepalanya. Dari romantisme yang mulai terbangun, sedikit demi sedikit logika dan kepatutan pun sirna di dalam hati Aila.
Makin banyak nasehat yang diucapkan Aira, makin meluber empati gadis itu kepada Sandro.
Makin terasa ngilu rindu minta bertemu di jiwanya. Jalan berliku yang seolah berupaya memisahkan dirinya dengan lelaki itu, malah menciptakan euforia.
Begitulah perjalanan hidup manusia. Sejarah kehidupan hanyalah cerita yang selalu berulang.
Scrip dan skenario sepertinya tetap sama, hanya pemeran dan tempatnya saja yang berbeda-beda.
Bagai ombak yang bergulung dan menghempas di tepian pantai. Ayunan gelombangnya selalu berulang setiap waktu, di sepanjang masa.
"Ra, Aira, buka pintu!" Suara Miranda terdengar berbarengan dengan ketukan berulang di permukaan daun pintu.