Akhirnya pintu ruko di belakang Sandro terbuka juga. Lelaki bermata sipit itu mengembangkan ke dua lengannya begitu melihat Sandro.
"Sandro, apa kabar?"
Sandro menerima uluran tangan sahabatnya. Mereka saling berangkulan menuju ruang dalam ruko berdesign interior super mewah itu.
"Maju nih usaha lu." Sandro mengedar pandangan ke sekeliling ruangan ruko.
"Awalnya jatuh bangun juga. Tapi belakangan gue mulai punya pelanggan tetap dari kalangan artis dan anak pejabat."
"Dari dulu kan elu memang paling betah ngurusin even apapun di kampus kita."
"Ayo, ke ruang kerja gue. Biar ngobrolnya lebih enak."
"Kenapa sih lu menikahnya mendadak gini?" tanya Saher begitu duduk di kursi sofa, di ruang kerjanya.
"Bukannya semua maksud baik itu mesti disegerakan."
"Itu sih gue tau. Tapi lu cuma kasih gue waktu enam hari Bro."
"Gue nggak butuh pesta yang mewah. Yang gue butuhkan itu pesta yang berkesan. Bahkan bila memungkinkan gue pengen lu sekalian siapin gaun pengantennya."
