HINGGA menjelang subuh, Aira tak kunjung bisa memejamkan mata. Walau hati dan pikirannya sudah begitu lelah.
Namun, Aira tetap saja tak mampu membunuh semua gejolak yang terus menjebaknya dalam perang batin tiada akhir.
Sandro meraba-raba ranjang yang terasa kosong di sampingnya. Dengan malas ia membuka mata.
Lelaki muda itu kembali menyipitkan matanya yang perih begitu diterpa cahaya lampu.
Di atas sajadah dia melihat Aira sedang duduk bersimpuh sambil menadahkan tangan. Rupanya istrinya itu tengah berdoa.
Perasaan haru melumuri perasaan Sandro. 'Ternyata aku tak salah memilih. Selain cantik, Aira juga wanita yang patuh menjalankan ajaran agama.
Sandro berusaha menyeret langkah ke kamar mandi, ia tak ingin membuat opini buruk di dalam kepala Aira.
Walau pun malam pertama mereka berlalu dalam beku, Sandro tak perlu merasa patah semangat. Toh Ia masih memiliki banyak malam yang bisa diisinya dengan sejuta kemesraan begitu mereka hendak keperaduan.