YANG kini menjalani tidur panjangnya itu adalah kekasih, ibu, ayah, sahabat yang begitu kaya dengan cinta dan kehangatan. Bagi Laura, Aira, Aila, Bima, Vierna, Jake, Hendri, Selli, bahkan Sartika, dan semua yang mengenalnya.
Lereng bukit itu di tengah gelap malam terlihat sangat unik. Bila berdiri di sana, sepanjang tatapan mata yang terlihat hanya kerlap-kerlip lampu kapal dan perahu nelayan, berpijar dengan sinar berbeda.
Ada yang putih bening, ada yang kemerahan, ada yang pijarnya terang benderang, ada yang redup seperti mata penganten merindu.
Tatapan malu-malu, namun mengisyaratkan kalau dia ada dan tetap ingin dinikmati, dicumbui balutan malam dari rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang.
Sisi bukit gelap pekat. Semua keluarga duduk selonjoran di kursi teras di depan villa.
Semuanya terlihat lelah dan bermuram durja. Sudah dua hari Papa mereka pergi dan tak akan pernah kembali lagi.
Lengang rasanya tanpa senda gurau lelaki yang selalu mampu mencairkan suasana rumah itu.