Pemuda itu langsung turun dan mengerem laju sepedanya dengan ujung kaki yang digesekkan ke tanah.
"Rusman!" Ibnu ingin memastikan kalau dia tidak salah mengenali orang.
Rusman, nama lelaki muda yang menegur Ibnu itu mengangguk sambil mengembangkan senyum, "Ya, tentu saja ini aku. Keterlaluan kalau kau lupa dengan temanmu sendiri."
Rusman adalah teman masa kecilnya. Mereka segera saja terlibat percakapan yang seru.
Tak berapa lama, lepas saling bertukar kabar, kedua lelaki muda itu nampak terbahak-bahak. Pasti sedang menceritakan kekonyolan-kekonyolan mereka di masa lalu, pikir Sutiana.
"Bu, Aku mau ke dangau dulu menemani Rusman di ladangnya," pamit Ibnu pada ibunya.
"Jangan pulang terlalu lama, sebelum makan siang kau sudah harus kembali ke rumah."
"Kenapa harus begitu, Bu?" Ibnu mengerutkan dahi mendengar jatah waktu bermain yang begitu singkat diberikan Ibunya.
