Ternyata Papa Andre seorang yang sangat ramah. Tak beda dengan anak lelakinya, orang tua itu selalu saja punya cerita dan lelocun yang membuat Aira tidak merasa asing di sepanjang perjalanan.
Mereka mengantar Amira hingga ke depan pagar rumah. "Loh, jadi kamu tingga di sini," celetuk Papa Andre.
"Bener, Om."
"Kamu anaknya Hans, bukan?"
"Aku ponakannya, Om."
"Oh. Ternyata kamu ponakan teman Om." Papa Andre tergelak. Aira benar-benar terkejut mendengarnya.
"Hans itu teman sekantor, Om." Dia menjelaskan lebih lanjut.
Aira dan Andre saling menatap sambil mengangkat bahu. Meraka benar-benar kehilangan kata-kata menanggapi kenyataan yang
tidak pernah diduga-duga itu.
"Makasih tumpangannya Om, Ndre." Aira jadi serba salah saat hendak turun dari mobil orang tua Andre.
Aira masih bingung, tak tahu bagaimana cara mengundang lelaki baik hati itu untuk mampir ke rumahnya.
"Titip salam buat Hans," kata papa Andre kepada Aira.