Di dalam kamarnya yang sepi, Jingga terlihat mulai gelisah. Kedatangan Histo dan permintaan supaya Jingga tak melakukan hal-hal buruk lagi, seolah-olah mengisyaratkan kalau papanya sudah tahu, semua hal buruk yang dilakukannya kepada ibu tirinya itu.
Gadis itu mengusap air mata yang sebagian sudah mengering di kedua belah pipinya. 'Aku bukan penjahat. Aku hanya seorang anak yang ingin menemukan kembali kehangatan kasih sayang orang tua kandungnya.'
'Jadi dimana letak kesalahanku sebenarnya? Apakah aku ini anak pembawa sial? Sehingga kehadiranku justru membuat mereka jadi berpisah?'
Jingga menahan kesedihan yang terasa bergejolak di dalam rongga dadanya. Bila sudah begini keinginan untuk melenyapkan istri baru papanya itu malah kian hebat.
'Apakah Riani sadar dengan semua ancaman ini? Apakah dia tahu kalau aku sangat tidak suka melihat dia berbahagia dengan Papa?'
'Sekarang di tengah-tengah keramaian ini, bagaimana mungkin aku bisa melancarkan ancaman berikutnya.'