Meskipun tidak banyak, minimal Aira sudah makan dengan normal. Ada nasi lauk dan sayuran. Tidak seperti biasa, gadis itu lebih memilih menyeduh mie instan dengan air panas. Atau sekedar cemilan yang selalu di bawanya ke kamar.
Aira itu selalu terlihat tak betah berada di antara keluarganya. Val tidak tahu apa yang telah membuat gadis itu enggan berada di tengah-tengah keluarganya sendiri.
Menurut Val alasan Aira lebih dari sekedar sikap keras yang diperlihatkan nenek dan tantenya. Aira seperti memendan sesuatu yang lebih serius dari pada itu.
Begitu sampai di rumah, Aira juga memperlihatkan sikap yang jauh berbeda. Sebelum mengajak Sintia ke kamarnya, gadis itu mengenalkan teman barunya pada Amira.
"Nek, kenalkan ini teman baru Aya. Namanya Sintia."
Gadis remaja bernama Sintia itu mengulurkan tangan dengan sikap hormat kepada Amira. Amira menerima jemari kecil yang terasa agak kasar di dalam genggamannya.