"Udahan dong telponnya aku lagi nyuci nih," protes Aira karena mulai merasa bosan meladeni pembicaraan Antonio yang tak penting sama sekali.
Gadis itu jauh lebih suka menghabiskan waktunya dengan berlama-lama membaca novel atau mengerjakan sebuah kegiatan.
Sesekali dia asyik berteleponan dengan Papa Sandi, atau di saat lain, Om Hendri yang menjapri whatsappnya. Malahan tak jarang pula tante Diana teman Mama Hana berbagi kabar beberapa menit dengan Aira.
Walau orang-orang itu tak selalu ada di kenyataan hidup Aira tapi semua itu sudah cukup membuat dirinya bahagia.
Untuk apa lagi dia mesti meladeni pembicaraa Antonio. Ah dipikirnya aku sama seperti gadis-gadis remaja yang lain.
Aia tak habis pikir, kenapa ya gadis-gadis pada bermimpi bisa berkencan dan saling berbalas kabar di telepon. Atau mojok berdua di suatu tempat.
Enaknya itu dimana?
