Chereads / SHE / Chapter 3 - KEKASIH DUNIA MAYA

Chapter 3 - KEKASIH DUNIA MAYA

DI TENGAH-TENGAH kegiatan kepenulisannya di platform ini lah, Sandi kemudian berkenalan dengan seorang penulis baru dan berbakat, bernama Hana Aura.

["Maaf, Anda yang akan menghapus tulisan ini atau saya?"] Sandi kesal begitu melihat sebuah promo beserta cuplikan novel muncul begitu saja di beranda.

Mestinya semua tulisan dikirim melalui catatan, sehingga tidak mudah hilang tertimpa postingan-postingan yang lebih baru.

Di samping itu, bila tulisan dikomentari atau dilike oleh pembaca, secara otomatis tulisan akan muncul lagi, menempati posisi teratas.

Tak berapa lama komentar Sandi berjawab. ["Maksudnya apa? Aku cuma ingin mengirim tulisan."]

Sandi membaca nama si penulis, Hana Aura. Ini nama baru. Pantas saja dia tak mengerti dengan aturan dan tata cara pengiriman naskah maupun tulisan di dalam grup itu.

["Tapi, tidak begitu caranya,"] tulis Sandi.

["Apakah, penulis pemula sepertiku tak boleh promosi karya di sini?"] Benar-benar pertanyaan yang aneh.

["Tentu saja boleh,"] balas Sandi.

Sandi yakin, si pengirim promosi novel itu telah salah duga dengan komentarnya.

["Lalu kenapa Anda memintaku menghapusnya?"] Ternyata dugaan Sandi tidak meleset.

["Karena ada aturannya, Non,"] Sandi kembali menulis jawabannya.

["Aturan apa?"] Sandi membuang nafas, sebelum ia mengetik di kolom komentar di depannya.

["Sebentar. Aku akan menginbox-mu beberapa saat lagi."] Sandi kemudian mengirimkan beberapa peraturan yang berlaku di grup, kepada si penulis baru.

Begitulah penggalan percakapan pertamanya dengan Hana. Mengingat kembali cara mereka dipertemukan, membuat Sandi menghela nafas berat.

Hana Aura cepat memahami selera pasar dan trend yang disukai oleh platfrom tempatnya bernaung.

Beberapa novel karya Hana Aura yang terbit di platform, banyak diminati pembaca. Sandi tentu saja tak lupa untuk ikut menyempatkan diri membaca setiap karya yang ditulisnya.

Selain kepintarannya dalam menulis. wanita itu juga memiliki sejuta keistimewaan lainnya.

Mata yang besar menggoda adalah salah satu dari sejuta keistimewaan Hana Aura. Senyum misterius yang seringkali terukir di bibirnya, membuat hati Sandi Lakaran berdebar tak menentu.

Kian lama mengenalnya, kian lekat pula wajah wanita itu di hati Sandi. "Ah, Hana. Bagaimana lagi caraku untuk menghilangkan bayanganmu dari pikiranku?" keluh Sandi suatu kali.

Dipandanginya berkali-kali profil facebook penulis wanita bernama Hana Aura itu dengan perasaan campur baur.

***

SANDI Lakaran menikahi Laura Manangsang, begitu ia menyelesaikan kuliahnya. Laura adalah perawat yang bekerja di rumah sakit dimana Sandi pernah dirawat cukup lama.

Setiap pagi, perawat hitam manis itu datang untuk memandikan dan dengan sabar menyuapinya makanan khas rumah sakit yang sangat tidak enak.

Sikap Laura yang begitu simpatik membuat Sandi akhirnya bersedia menghabiskan ransum yang setiap waktu dibawa gadis berseragam putih itu untuknya.

Setelah sekian lama Laura merawatnya dengan telaten, Sandi pun akhirnya jatuh hati. Senyuman Laura lah yang telah meruntuhkan hatinya.

Sandi tidak menyia-nyiakan kesempatan. Begitu keluar dari rumah sakit, ia pun memberanikan diri bertemu dengan kedua orang tua Laura untuk melamar gadis yang telah merampas cintanya.

Mereka menikah dan sangat berbahagia. Laura wanita yang normal. Dua bulan setelah mereka menikah, ia pun mengandung. Enam bulan kemudian Laura melahirkan.

Sandi tak bisa apa-apa walau jauh dilubuk hatinya tak menerima kenyataan aneh itu. Namun karena Laura adalah pilihan hatinya lelaki itu terpaksa bungkam dan berupaya berdamai dengan rahasia istrinya.

Dengan mengabaikan semua keanehan itu, mestinya rumah tangga yang dibangunnya baik-baik saja. Mestinya kebahagiaan mereka makin sempurna dengan kehadiran anak-anak.

Sayangnya tidak demikian yang terjadi. Beberapa saat setelah melahirkan anak pertama, Laura berubah. Istrinya mulai menjauh dan mengabaikan banyak hal dan kebutuhan Sandi sebagai suaminya.

Laura seperti sibuk dengan diri dan dunianya sendiri. Namun sejauh itu Sandi masih bersabar. Mungkin istrinya lelah. Mungkin Laura letih membagi waktu berkerja dan waktu untuk mengasuh bayi mereka

Dari waktu ke waktu Laura semakin berubah. Bukan hanya sikapnya yang kian ketus dan tidak pedulian. Wanita itu bahkan seperti tak peduli lagi dengan bentuk tubuh dan penampilannya.

Bila Sandi mencoba mengingatkan soal itu, maka akan sama artinya Sandi sedang menyulut api pertengkaran.

Nafkah batin pun sudah tak pernah lagi dituntut Laura kepadanya. Sandi benar-benar tersiksa dengan semua perubahan sikap wanita yang sangat dicintainya itu.

Sekian lama waktu berlalu, sikap laura tak kunjung berubah. Sandi yang kesepian mulai mencari pelarian. Itulah awal pertama ia mengenal dunia maya.

"Lepaskan aku!" Laura mendorong tubuh Sandi yang sudah setengah telanjang.

"Laura, kamu apa-apaan. Apa salahnya aku menginginkan istriku sendiri?" Sandi mencoba mengingatkan.

"Maafkan aku, Mas. Aku tak bisa lagi melayanimu." Wajah Laura terlihat begitu dingin saat mengatakannya.

"Aku salah apa kepadamu, La?" Pertanyaan itu tak mendapat jawaban sama sekali.

Setelah mengancingkan blusenya yang tadi sempat dibuka Sandi, wanita itu bergegas keluar kamar. Malam itu Laura memilih tidur bersama dengan anak-anaknya.

Perlakuan Laura begitu melukai Sandi, tapi dia tak bisa berbuat banyak. Sejak kejadian itu, Laura lebih suka tidur di kamar lain bersama anak-anak mereka.

Sedangkan Sandi? Dia lebih memilih menyibukkan diri dengan media sosial yang selama ini cukup membuatnya terhibur.

Sandi tersenyum pahit. Hatinya selalu ngilu, bila mengingat semua sikap buruk Laura selama ini kepadanya.

Berbeda dengan kehidupan Sandi yang lain. Kebiasaan Sandi dalam memberikan tips cara menulis yang jitu kepada si penulis baru itu, telah membuat hubungan mereka berdua semakin dekat dan akrab.

Hana Aura ternyata penulis yang berbakat. Kemampuan menulisnya berkembang dengan sangat pesat. Tips-tips yang diberikan Sandi mampu diserapnya dengan baik.

Beberapa bab dari novel terbarunya yang sudah publish, terbaca begitu mengharukan. Benar-benar kisah yang menegangkan sekaligus menyentuh jiwa.

Dalam novelnya, Hana menceritakan kisah perjuangan seorang imigran gelap yang berupaya menyeberangi perbatasan.

Batas wilayah dua negara yang tengah bersengketa itu telah membuat sang imigran gelap mengalami peristiwa demi peristiwa tragis yang nyaris melenyapkan nyawanya.

["Capter tiga itu benar-benar menegangkan,"] tulis Sandi suatu hari.

["Iya,"] Hana menjawab pendek.

["Sekaligus mengharukan. Apakah itu cerminan dari suasana hati penulisnya?"] tanya lelaki Sandi memancing.

["Enggak."] Sandi tersenyum membaca jawaban Hana.

["Singkat amat jawabannya,"] tulis Sandi penasaran.

["Pasti lagi ngejar bab, kan?] Hanya icon senyum sebagai jawaban dari pertanyaannya itu.

["Mau membahas novel ini bersamaku?"] Kali ini Sandi menawarkan diri.

["Untuk apa?"] lelaki itu mengeryitkan dahi.

["Supaya diksinya jadi lebih tajam dan mengena."] Pancingan Sandi berhasil. Pembicaraan mereka lebih lancar setelah itu.

Agak aneh memang. Kenapa Hana terlihat nyaman hanya selama pembicaraan mereka membahas hasil karyanya saja. Sandi mengusap-usap dagu sambil berfikir.

Sebaliknya, percakapan mereka pasti akan berubah kaku, setiap kali Sandi mencoba memasuki area pribadinya.

Setidaknya itu yang dirasakan Sandi bila mereka sedang berbalas komentar di chatroom.

Sekarang semuanya jadi berbeda. Dari hari kehari dialognya dengan wanita penulis ini, makin terasa mengasyikkan.

Di sela-sela kesibukan menulis naskah, baik Sandi maupun Hana, pasti berusaha menyempatkan diri untuk saling bertegur sapa, meskipun hanya beberapa saat.

["Malam sayang,"] tulis Sandi.

["Malam, Mas."] Hana menjawab salam laki-laki itu.

Tak ada kelanjutan dari percakapan mereka. Bahkan adakalanya percakapan itu terputus begitu saja hingga keesokan harinya.

Adakalanya salah satu merasa penasaran, dan bertanya soal itu, ["Semalam habis menyapa, kok malah diam?"]

["Aku sangat mengantuk, tapi tetap ingin melihat tulisanmu sebelum tertidur.'] Jawaban yang bener-benar melambungkan, bukan?

Begitulah cara keduanya saling berusaha memahami kondisi yang adakalanya di luar kemampuan cerna fikiran mereka.

Uniknya menjalin cinta di dunia virtual adalah ketika kedua belah pihak mesti paham dengan arti kata menunggu. Bagaimana tidak. mereka juga tahu kalau pasangannya memiliki kehidupan real yang harus tetap dijalani.

Sebelum mengenal Hana Aura, Sandi biasanya tak betah berlama-lama melayani pesan-pesan yang masuk ke whatsappnya, bila percakapan itu di luar kapasitas pekerjaan yang jadi tanggungjawabnya.

Dalam berkomentar di grup penulis pun, Sandi tidak pernah menonjol. Di setiap pembicaraan, dia lebih sering memposisikan diri sebagai pemantau saja. Kewajiban Sandi hanya memeriksa naskah yang masuk dari para Editor Akuisisinya.

Namun, bila ada waktu senggang, dengan senang hati dia selalu berupaya menshare materi-materi yang bermanfaat untuk kelancaran kerja para penulis binaannya itu. Hanya itu saja.*

~ Happy reading Beib ~