Dua orang siswa bernama depan Nalesha dan Saheera yang baru saja dipanggil maju ke atas panggung. Adriana dan Haikal menginisiasi seluruh peserta acara untuk berdiri dan bertepuk tangan. Senyum penuh kebanggaan tercetak di wajah Haikal, Adriana, Elvara, dan seluruh awardee HSL alias penghuni School of Persona.
Mereka tentu saja kenal siapa kedua orang itu. Dua orang di angkatan enam yang memang terkenal vokal dan berpengaruh. Tak heran kalau pada akhirnya angkatan lima memilih keduanya sebagai Presiden dan Wakil presiden, alias pemimpin angkatan enam satu tahun kedepan.
Nalesha dan Saheera lantas memberikan sambutan mereka. Terdengar cukup politis, provokatif, dan penuh semangat.
"Disini Saya adalah presiden yang diusung secara independen, nonpartai politik oleh keisengan Kakak-kakak di angkatan lima ..." Nalesha mengundang tawa peserta acara.
"Teman teman awardee sekalian. Sebutan Presiden ini sebenarnya terlalu berlebihan. Karena Saya hanya Nalesha yang seperti ini saja, tidak akan berubah banyak, mungkin hanya secara halus, tanpa kalian sadari akan lebih memimpin kedepannya," ujarnya, seolah memberikan disclaimer bahwa kepribadiannya yang terkenal fleksibel itu tak akan berubah.
"Meski demikian, Saya menghargai posisi dan amanat sebagai pemimpin kalian kedepan. Saya tidak bergerak sendiri tentu saja. Tiga puluh orang, Kita semua, para awardee angkatan 6 sama sama membangun diri lebih baik."
Nalesha melirik Saheera kemudian, mempersilakan temannya itu ganti berbicara.
"Cieeeee ..."
Tahun 2042, agenda meroasting dan menjodoh-jodohkan dua orang berlawanan gender masih berlaku.
Nalesha hanya senyam-senyum, menaruh kedua tangannya di posisi istirahat, menatap Saheera dari samping penuh arti. Astaga, kalau begini mana bisa lepas dari roastingan teman-temannya yang lain?
"Ya baik. Saheera disini. Saya pendampingnya Nalesha ..."
"Cieeee ..." peserta acara memotong cepat ucapan Saheera yang mengundang ambigu itu.
"... dalam urusan kepemimpinan School of Persona. Kami punya pendekatan berbeda dalam memimpin, namun visinya masih sama. Merangkul Kita semua untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan Kita semua ada disini."
Suara tepuk tangan terdengar, pun dari Nalesha disampingnya.
"We're here as one whole body, one team, one family. Semoga kedepan Kita selalu rukun, kompak, suportif, dan sukses bersama sama. Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Esa merestui cita-cita Kita semua di School of Persona." Saheera mengakhiri pidato singkatnya. Kembali Nalesha mengambil alih.
"Last but not least. Saya dengan bangga memperkenalkan satu per satu kabinet kepengurusan School of Persona angkatan enam."
Hafal diluar kepala, Nalesha memanggil satu per satu nama yang mengisi 14 posisi jabatan kabinet, mulai dari Sekretaris dan kepala-kepala bagian pengembangan. Seluruh orang dalam jabatan tersebut kelak akan mengeksplorasi para penghuni School of Persona sesuai tupoksinya masing-masing. Bagian pengembangan bisnis akan mengembangkan jiwa bisnis para penghuni, bagian pengembangan saintek akan mengembangkan potensi iptek, dan seterusnya. Bagian bagian itu disusun sebagai salah satu bagian dari komponen kurikulum pembinaan.
Adri dan Haikal sebagai pembina utama tentu tak main-main soal itu. Mereka berdiskusi panjang dengan praktisi pendidikan, disamping mereka pun memiliki kemampuan itu.
Usaha untuk meningkatkan kualitas memang tak pernah bohong, hingga akhirnya HSL dan School of Persona atau SP dilirik oleh para investor dan filantropis. Mereka berperan, dalam berkembang pesatnya SP untuk terus menebar manfaat di bidang pendidikan dan SDM.
****
Acara selesai digelar satu jam kemudian. Tersisa acara santai di ruangan rekreasi lantai dua. Seperti biasanya, semua orang berkumpul untuk sekedar berbaur dan mengeratkan hubungan. Ada makanan, ada film, ada alat musik. Memang ruangan berisi sarana penghilang stress itu didesain oleh Adriana disana.
Adriana, Haikal, dan Elvara bergabung disana. Adriana dan Haikal memang sudah rutin jadwalnya seminggu sekali akan berkunjung. Namun lain lagi dengan Elvara. Wanita karir itu selalu sibuk, sebulan sekali mengunjungi yayasan yang Ia bantu bangun sejak empat tahun lalu itu saja sudah bersyukur. Kedatangannya selalu dinantikan, karena dirinya selalu seperti anak muda, akrab sana sini, terkoneksi sana sini.
"Ma, I want that chocolate!" Kaylee, putri semata wayang Elvara berlari lari kecil menghampiri Elvara diikuti Nalesha. Presiden yang baru dilantik itu memang gemar mengasuh Kaylee sejak pertama mereka bertemu. Kaylee bahkan memanggilnya 'Om Esha' dengan akrab.
"Duh Presiden Kita ini emang husband material ya," celetuk Haikal memprovokasi.
"Semua laki laki harus punya husband material, Yah," jawabnya sembari memangku Kaylee kembali. Anak itu berhasil mendapatkan cokelat blok yang Ia inginkan tadi dari atas meja.
"Iya, kayak Ayah gini kan? Selalu sayang sama Bunda kalian," lanjut Haikal. Tak ragu pria berusia 46 tahun itu mengedipkan sebelah matanya pada Adriana disampingnya. Yang dikedipi hanya senyam-senyum.
"Huekkk!" Tiba-tiba seseorang lewat, melintasi mereka yang tengah bertatap-tatapan di depan publik. Beberapa orang didekat mereka termasuk Elvara tertawa melihat Haikal yang dibully anak didik ideologisnya.
"Gak usah gitu Kamu Jer. Cari pacar sana. Pacaran kok sama sel saraf terus," cibir Haikal. Awardee HSL bernama Jerry itu memang terkenal paling nerd, antiromantik, dan getol sekali mempelajari sistem saraf manusia. Bahkan sudah mendeklarasikan cita cita sebagai neurosaintis, ilmuwan saraf.
"Tau gak Yah? Kata Prof. Jerry Ayah sama Bunda kalau lagi bucin kayak orang kelebihan sekresi dopamin." Satu orang lagi mengompori. Dhaiva namanya.
Sontak mereka kembali tertawa, termasuk Jerry, si nerd yang bahkan mendapat julukan profesor dari teman-temannya.
"Astagfirullah, gak boleh pacaran pacaran. Dosa." Saheera yang terkenal agamis angkat bicara.
"Uuuuwww ..." sahut yang lain.
Adriana dan Elvara menggelengkan kepala, "Astagfirulloh, gimana sih Pak Haikal, kok ngajarin yang gak bener?" ujar Elvara. Adri hanya mengangguk ngangguk mendukung.
Haikal memicingkan matanya, menunjuk dua wanita itu bergantian. "Kalian ngaca ya, kalian juga pacaran. Apalagi Kamu Bund," tekannya pada Adri.
"But anyway guys, kenapa pacaran itu tabu? Dianggap dosa? Padahal ya who cares ... as long as you're doing good? I mean like ... that's good if you have a healthy and supportive relationship?" Jerry membuka topik diskusi berat di tengah acara santai.
"Because it's a sin, Professor Jerry. If you're limited to God's law, you can't even deny with your rationalization," jawab Saheera cepat. Kebetulan berada di jarak dekat dengan Jerry.
"But why, Heera? Despite it was a God's law. Can human brain explain, please?" tanyanya penasaran. Gayanya benar benar seorang ilmuwan dengan pertanyaan kritis.
"Manurut simple Gue, it depends on what' your perspective guys. If your perspective is already different, then ... that's all. Believe what you believe." Seorang bernama Iqbal yang matanya masih menggunakan VR menimbrung.
"Agree with Iqbal." Adriana kali ini.
"Tapi tetep salah, Sayang. Kalau Kamu agamis," bantah Haikal.
Saheera mengangguk antusias mendukung Haikal.
"Ini kenapa berat deh obrolan? Kan mau makan makan ..." rengek seseorang di depan TV.
"Iya nih Prof Jerry sama Ukhti Saheera nih."
Elvara berdiri kemudian, "Udah udah, mending kalian nyalain TV, ada yang mau conference dari Venezuela. Kangen kalian katanya."
"Hah? Siapa Tante El? Om Darwin?"
"Oh my God! Finally that dude is appear, kirain udah hilang di amazon!"
"Om Darwin, gak nyangka sih, bisa bisanya dia gak dateng di acara pelantikan Gue ..."
"Darwin Darwin Darwin! Who the hell Darwin is? My husband is Darren, folks!" protes Elvara yang disahuti tawa satu ruangan . Itu adalah plesetan nama yang dibuat sendiri oleh suaminya. Ketua Dewan Kontributor SP: Darren Januar Winata. Disingkat saja jadi Darwin. Bukan apa-apa, Elvara jadi ingat teori evolusi kalau nama suaminya diganti seperti itu.