Chereads / BROKEN [21+] / Chapter 13 - Perasaan khawatir seorang teman

Chapter 13 - Perasaan khawatir seorang teman

Ketika jarak mereka mendekat, Kenzo dan Rifan pun saling menatap satu sama lain. Mereka memancarkan aura yang begitu menyeramkan layaknya kucing dan anjing yang dipertemukan dalam satu frame, terlebih karena Kenzo sendiri memang tidak terlalu menyukai kehadiran Rifan. Oleh karena itu dengan segala itikad buruknya, dia akan menyingkirkan lelaki itu dari kehidupan Jasmine.

"Aku kira kau pergi sendirian," ucap Kenzo kepada gadis dihadapannya.

Rifan menatap sinis, memangnya kehadiran dia disini dianggap apa? benalu. Jelas-jelas gadis itu pergi bersama dengannya ke swalayan ini, namun kenapa Kenzo mengatakan hal yang sedikit menyinggung perasaan Rifan. Entah mengapa setelah kehadiran Kenzo disini, suasana terasa berbeda. Iya seperti ada mencekamnya seperti itu, Jasmine bahkan bisa merasakannya sendiri. Apalagi ketika dua orang yang ada disebelahnya itu saling menatap satu sama lain.

"Apa kau buta? sejak tadi aku menemani Jasmine berbelanja, wah benar-benar minta di tusuk matamu itu!" ucap Rifan dengan nada penuh perasaan kesal.

Plakkk!

Jasmine memukul dada temannya itu cukup kencang, "Heh Rifan! jangan bicara seperti itu, mungkin Kenzo hanya sedang bergurau dengan ucapannya. Kau ini sensi sekali, apa kau sedang datang bulan hm?!"

Kenzo hanya tersenyum kecil, sedangkan Rifan membalikan wajahnya karena merasa kesal. Jasmine tidak membelanya sama sekali dan malah menceramahi nya tepat dihadapan lelaki menyebabkan itu. Jelas siapa saja pasti akan merasa sangat kesal.

"Kau sudah selesai berbelanja nya? apa perlu aku ikut menemanimu?" tanya Kenzo kepada gadis itu.

"Dia sudah selesai dasar bodoh! Jasmine cepatlah, bukan nya kau ingin pulang? aku akan membawa semua belanjaan mu ke motor!" ucap Rifan.

"Iya baiklah, oh Kenzo ayo mampir kerumah! aku akan membuatkan kalian makanan yang enak. Rifan ayo cepat jangan bengong saja! bukankah kau mengajakku untuk segera pulang," ucap Jasmine kepada lelaki disamping kirinya.

"Iya dasar cebol bawel sekali kau!" sahut lelaki itu dengan mata yang membulat tajam.

Rifan pun pulang bersama Jasmine sembari membawa belanjaan yang penuh itu, sementara Kenzo mengikuti mereka dari belakang. Rasanya ingin sekali menukar tempat dengan lelaki yang cerewet itu, kemudian meminta Jasmine untuk memeluknya dari belakang. Seperti saat pertama mereka bertemu dulu ketika hujan, suasana itu sangat lah manis sehingga lelaki ini tidak bisa melupakannya dengan mudah.

Rifan yang sedari tadi terus melihat ke arah belakang hampir saja menabrak motor yang ada dihadapannya, itu membuat Jasmine kaget dan langsung memukuli punggungnya habis-habisan. Lagi pula untuk apa lelaki ini menengok ke belakang?! padahal Jasmine tengah bersamanya sekarang.

"Apa kau ingin membunuhku Rifan?! dasar ceroboh sekali kau ini astaga," ucap Jasmine kesal.

"Maafkan! aku hanya ingin menengok ke belakang sebentar, apa penguntit mesum itu masih mengikuti kita dari belakang?!" tanya Rifan kepada gadis dibelakangnya.

"Iya tentu saja! apa kau tidak dengar tadi jika aku mengundangnya untuk datang kerumah?! astaga kau ini kenapa terus memanggilnya sebagai penguntit. Dia itu temanku Rifan, jadi berhentilah untuk mencurigai Kenzo okay?" ucap Jasmine kepada temannya itu.

Rifan berdecik kesal, "Teman katamu?! hey Jasmine berhati-hatilah dalam berhadapan dengan lelaki seperti dia itu. Apa kau tidak melihat betapa mesumnya mata lelaki itu?! aku tidak yakin di belakang sana, Kenzo tidak memiliki seorang kekasih."

Jasmine sudah lebih tahu jika otak lelaki itu memang sangat mesum, namun Jasmine juga sama seperti itu. Jadi kenapa Rifan harus repot-repot mengkhawatirkan hubungan diantara mereka?! karena Jasmine sendirilah yang memilih jalan yang akan dia jalani sendiri. Namun mungkin sebagai seorang teman yang menyayangi Jasmine layaknya adik sendiri, Rifan hanya ingin yang terbaik untuk Jasmine.

"Rifan jangan terlalu khawatir, aku dan Kenzo itu hanya berteman tanpa ada hubungan istimewa apapun. Jadi jangan bawel dan mengoceh seperti seorang wanita!" tegas Jasmine kepada temannya itu.

"Hm baiklah, lagi pula aku hanya memperingatkan dirimu untuk selalu berhati-hati kepada setiap lelaki brengsek yang ada disekitar mu termasuk lelaki itu. Tapi jangan khawatir, aku akan memantau lelaki itu! dan memastikan dia tidak akan menyakiti dirimu."

Jasmine hanya tersenyum sembari menepuk-nepuk punggung temannya itu, Rifan memang sangatlah baik. Bahkan lebih baik dari seorang kakak kandung yang menyayangi adiknya, mungkin jika mereka bertemu dalam situasi yang berbeda. Rifan akan mengungkapkan perasaanya kepada gadis cantik yang lugu dan manis ini. Namun mungkin takdir mereka harus seperti ini, menjadi seorang teman yang saling membutuhkan satu sama lain.

***

Beberapa lama diperjalanan, ketiga orang ini pun sampai dirumah Jasmine. Rifan langsung menurunkan semua belanjaan yang dibeli gadis itu di swalayan tadi, dan Kenzo pun ikut berpartisipasi dalam pekerjaan itu. Mereka saling gotong royong sedangkan Jasmine mempersiapkan beberapa bahan untuk dia masak hari ini, mungkin beberapa menu akan gadis itu siapkan untuk makan kedua temannya ini.

Sementara menunggu Jasmine memasak, Kenzo dan Rifan duduk diruangan keluarga. Mereka memang satu ruangan, namun tidak bicara sedikit pun. Rifan yang fokus dengan televisi, sedangkan Kenzo yang sibuk dengan ponselnya. Sampai sebuah spam panggilan membuat lelaki itu resah sehingga langsung mematikan ponselnya, itu adalah Fina. Wanita yang baru saja dia putuskan beberapa waktu yang lalu terus saja mencoba untuk mengganggu lelaki ini, dia masih tidak terima karena diputuskan oleh Kenzo. Namun sayangnya lelaki ini sudah tidak perduli lagi dan memilih Jasmine sebagai tambatan hatinya yang baru.

"Heh kau penguntit mesum, kenapa mematikan ponselmu? apa kekasihmu terus saja menelpon hm?" tanya Rifan dengan tatapan yang penuh curiga.

Kenzo menatap dengan senyuman kecil dibibirnya, lelaki itu terlalu banyak bicara dan mencurigai gerak-geriknya setiap saatnya. Jujur saja Kenzo merasa tidak nyaman ketika berada bersama dengan Rifan, namun harus bagaimana lagi? dia tidak mungkin juga mengusir lelaki itu dari rumah yang bukan miliknya.

"Kau cerewet sekali sejak tadi, oh tidak lebih tepatnya sejak kemarin. Kenapa kau terus mencurigai diriku hm? apa aku telah melakukan sebuah kesalahan yang fatal kepadamu?" tanya Kenzo kepada lelaki itu.

Rifan tertawa kencang sampai terdengar ke dapur tempat Jasmine memasak, bisa-bisanya lelaki itu menyebutnya dengan sebutan cerewet. Padahal Rifan hanya merasa curiga dengan gerak-gerik Kenzo tang sejak tadi terus saja memainkan ponselnya, sampai sebuah panggilan membuat lelaki itu mematikan ponselnya.

"Wah Kenzo, mulutmu itu memang sangat licin seperti minyak jelantah. Sudahlah jangan banyak bersandiwara di hadapanku, dan katakan saja apa tujuanmu mendekati Jasmine temanku?!" tanya Rifan dengan mata yang membulat.

Lagi-lagi Kenzo hanya tersenyum kecil, apakah dia harus mengatakannya juga kepada Rifan?! namun bukankah itu sedikit memalukan. Terlebih karena mereka berdua ini adalah sesama laki-laki, namun iya dengan cara begini lelaki itu bisa sedikit menyingkir dari sisi Jasmine.

"Begini Rifan, aku to the point saja padamu okay? jika aku mendekati Jasmine karena memang menyukainya..."