"Kenapa kau lama sekali Jasmine? apa kau sengaja melakukan itu agar aku menyusul mu kemari? lihatlah gadis yang tadi menangis di kamar mandi. Sekarang malah mencoba memancingku dirumahnya..."
Jasmine merasakan sensasi geli dari bisikan yang dilakukan oleh Kenzo, bahkan sebelah bulu ditubuhnya ikut berdiri karena hal itu. Dia tidak ada niatan untuk menggoda atau bahkan memancing lelaki itu untuk datang menghampirinya disini, sebaliknya malah Kenzo yang mungkin sengaja datang kemari untuk mengintip Jasmine.
Lengan mungil itu berusaha untuk melepaskan dekapan yang mulai datang menghampiri tubuhnya, sentuhan kecil bahkan lelaki itu lakukan hingga membuat Jasmine tidak nyaman. Padahal tadi sudah jelas terlihat jika gadis ini dibuat menangis karena sebuah percintaan di kamar mandi, namun mengapa Kenzo masih tetap ingin melanjutkan itu?!
"Kenzo jangan lagi aku mohon..." rengek Jasmine kepada lelaki itu.
"Jangan apa? aku tidak melakukan apa-apa padamu, hey jangan berpikiran jorok. Lagi pula aku kemari hanya untuk mengambil handuk dan mengganti pakaianku yang basah, jadi apakah kau bisa meminjamkan aku pakaian lagi Jasmine?" tanya lelaki itu kepada gadis yang ada dihadapannya.
Wajah gadis itu terlihat sangat merah, dia sudah berpikir yang tidak-tidak tentang Kenzo. Padahal mungkin lelaki itu hanya berniat untuk mengambil handuk dan juga pakaian, bukan untuk melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi karena tangisan cengeng gadis ini. Tanpa berpikir panjang lagi, Jasmine pun memberikan handuk yang ada di belakang pintu kepada lelaki itu. Namun yang terjadi diluar dugaan, Kenzo malah menarik Jasmine ke pelukannya. Lelaki itu bahkan memeluk erat tubuh si gadis dengan tatapan yang mulai sayu, menggambarkan jika Kenzo tengah ingin melakukan hal yang sempat tertunda tadi.
"Jangan menatapku seperti itu," ucap Jasmine kepada lelaki itu.
Kenzo hanya tersenyum kecil, lengan kekarnya mengusap wajah cantik seorang Jasmine kemudian mencium bibir itu sekilas. Sebuah bujukan dengan gesture tubuh mungkin akan berhasil membuat gadis itu takluk dari pada menggunakan kata-kata, terlebih karena Jasmine adalah tipikal orang yang sangat mudah untuk dibujuk.
"Kenapa kau menolak ku Jasmine? apa hal di kamar mandi tadi membuatmu sangat ketakutan? maaf karena aku tidak bisa menahan diri jika sedang berada di dekatmu. Kau adalah gadis yang selalu membuat birahiku naik begitu saja, ah astaga! aku benar-benar seorang lelaki mesum. Maafkan aku ya Jasmine, tapi sungguh perasaan ini tidak bisa disembunyikan lagi jika sedang berada di sisimu. Kau tahu bukan? jika ketertarikan seorang lelaki memang seperti ini, mereka lebih suka menunjukkan ketertarikan fisik dari pada sekedar kata-kata. Bukan tanpa sebab karena hal itu lebih membuktikan perasaan cinta masing-masing."
Lagi-lagi lelaki buaya itu mengeluarkan kata-kata pamungkas nya untuk membodohi Jasmine, membuat gadis itu percaya jika nafsu yang selalu Kenzo rasakan adalah sebuah perasaan cinta. Padahal pada kenyataannya nafsu itu hanya sekedar rasa penasaran dirinya yang belum meniduri Jasmine malam ini.
Gadis cantik itu pun hanya bisa terdiam, apalagi ketika Kenzo mulai berbisik di telinganya dengan nada yang lembut dan juga menggoda. Hembusan nafas yang setiap kali lelaki itu keluarkan membuatnya begitu bergairah, jujur saja Jasmine tidak pernah ingin terjebak dalam hubungan atau pun situasi seperti ini lagi. Namun pada akhirnya dia kembali terbujuk dengan mudah, mungkin siapa saja akan sangat kesulitan berpikir jernih ketika berada dalam ruangan sepi seperti ini.
"Kenapa kau begitu cantik Jasmine? pantas saja setiap lelaki memandangmu dengan tajam. Kau itu memiliki wajah mulus dengan senyum yang sangat manis, aku semakin menyukai mu sungguh," bisik Kenzo di telinga gadis itu.
"Kau berbohong, semua lelaki mengatakan jika aku ini gadis yang aneh dan kampungan. Jadi berhentilah untuk menggodaku Kenzo," jawab Jasmine kepada lelaki buaya itu.
Kenzo tertawa kecil sembari menghembuskan nafasnya ke telinga si gadis hingga membuat bulu di sekujur tubuhnya berdiri, "Mereka itu buta, tidak bisa melihat bagaimana gadis cantik yangs sesungguhnya Jasmine."
Gadis itu memejamkan kedua matanya, entah mengapa situasi ini benar-benar membuat dia kehilangan akal, bisikan dan kata-kata yang di ucapkan oleh Kenzo membuat Jasmine seperti terbang ke awan. Bahkan tanpa sadar ketika lengan kekar itu berpindah masuk dan membuka pakaiannya dia masih tetap diam tak berkutik. Sampai sebuah ciuman dibibir menyadarkan Jasmine dari keterlenaannya itu, Kenzo menghisap bibir miliknya dengan lembut sampai menimbulkan efek gairah yang memuncak. Mereka berjalan mundur sampai membentur tembok kemudian Kenzo pun memasukan kembali tangannya ke bawah sana, mengusap dan memainkan benda hangat yang mungkin sudah sangat basah karena rangsangan darinya. Jasmine sempat menolak, namun karena kenikmatan dia malah jadi diam dan tinggal mengikuti alur saja.
Dalam hati dia berkata, apakah semua yang Jasmine lakukan ini adalah benar? apakah Kenzo benar-benar menyukainya? walau pun memang dia sempat membaca dalam sebuah novel jika ketertarikan seorang lelaki adalah dengan cara menyentuh fisik. Namun jika tanpa hubungan seperti ini apakah itu perasaan yang nyata? dia ingin sebuah hubungan yang pasti bukan main-main.
"Kenzo cukup arghhh..."
Jasmine mencabut lengan kekar itu dari dalam celananya karena sudah tidak tahan dengan klimaks yang sampai pada puncaknya, Kenzo pun menatap dengan hangat sembari memberikan sebuah kecupan manis di kening gadis yang sudah sangat lemas ini.
"Kau sudah puas? sekarang apa kau bisa membuatku puas juga cantik?" tanya lelaki itu dengan senyuman manis dibibirnya.
"Apa yang kau mau?" tanya balik Jasmine kepada lelaki itu.
Kenzo menurunkan tubuh gadis itu untuk jongkok dibawah sana, kemudian mulai mengarahkan tangan mungil itu untuk memegang celana miliknya. Iya siapa pasti tahu apa yang di inginkan oleh Kenzo bukan?
"Kau bisa melakukannya untukku?"