Hari telah menjelang pagi. Seorang pria membelalakkan mata dengan pupil mata yang melebar. Wajahnya terlihat tak terawat dengan darah yang mengering pada bibirnya.
Bukan hanya itu saja, bagian wajah lainnya membengkak, terutama pada bagian kening dan pipi. Pria itu adalah Devano. Dia berusaha berdiri dengan kedua kaki yang kurang seimbang.
Ingatannya masih jelas ketika beberapa orang memukulnya secara tiba-tiba. Dia berpikir berada di sebuah vila bersama Jennifer adalah hal yang terbaik. Namun, ia salah.
Awalnya, mereka memang berada di villa. Setelah mereka tertidur dan waktu menunjukkan pukul 12 malam, saat itulah situasi di sekitarnya tak lagi sama. Tiba-tiba ada sebuah minibus berwarna putih yang berhenti di dekat vila tersebut.
Beberapa preman mendatangi villa itu. Mereka merusak setiap properti yang mereka lewati selama berada di villa. Bahkan, tiga satpam yang berada di sana tidak dapat berkutik. Mereka semua mati mengenaskan.