Zean mengerutkan kening. Meskipun dia sudah menolak untuk bekerja sama dengan David, dia cukup penasaran bagaimana bisa David mengetahui rencana yang Zean susun.
"Apakah orang ini memang bisa diandalkan?" batin Zean. Dia mulai goyah. Sayang, kegundahannya itu hanya berlaku sesaat saja. Dia menggelengkan kepala. Kedua sorotan matanya kembali tajam.
"Meskipun kamu tau rencanaku, aku tidak akan mengubah pikiranku. Daripada kamu sibuk memikirkan untuk bekerja sama denganku, kenapa kamu tidak berpikir meloloskan diri dari cengkraman mereka?" ketus Zean seraya memandang rekan-rekannya.
Kata-katanya memang tak sepenuhnya salah. Meskipun Zean menyetujui kerja sama itu, bagaimana bisa ia menjelaskan semuanya pada rekan-rekannya yang lain? Isyarat saja tidak bisa dijadikan metode dalam menjelaskan sesuatu.