Tasya membaca surat itu dengan saksama. Tanpa ia sadari air matanya menetes tanpa henti. Kesedihan merenggut dirinya dalam sekejap. Bukankah itu adalah keinginannya untuk menjauh dari Devano?
Mengapa sekarang ia merasakan sesal yang teramat dalam? Bagaimana bisa ia berubah pikiran dan ingin bersama Devano? Dia saja tidak tahu keberadaan Devano saat ini.
Dia hanyalah gadis bodoh yang melepaskan cintanya begitu saja. Bila ia berhasil bertemu dengan Devano dan menemukan bahwa pria itu telah memiliki kekasih, mampukah ia bertahan dalam air matanya yang tak bisa ia bendung lagi?
Setelah ia membaca isi surat itu, ia melamun. Dia membaca isi surat itu lagi secara berulang-ulang, meskipun ia sudah tahu makna dari surat tersebut. "Devano, apa benar ini adalah akhir dari kisah kita? Mengapa rasanya aku begitu berat melepaskanmu?" batin Tasya.
