Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Writer is Killer

🇮🇩Rasya1246
--
chs / week
--
NOT RATINGS
7.2k
Views
Synopsis
'Writer' adalah inisial pembunuh yang di suatu kota. Ia terkenal dengan caranya yang unik dalam membunuh korbannya. Tiada yang tahu siapa dia dan dimana dia sekarang. Kasusnya pun membuat kepolisian bingung. Namun seorang anak bernama Kentaro tanpa sengaja bertemu dengan sang pembunuh ini dan menjadi ancaman bagi 'writer'. Tanpa ia sadari, 'writer' ada di dekatnya. 'Writer' menyukainya, namun ia harus membunuhnya. Pilih bunuh atau kalah?
VIEW MORE

Chapter 1 - Siapa dia?

Pembunuhan berantai yang di kota kembali terulang. Korban dari pembunuhan yang terjadi 90% adalah penjahat atau buronan dengan berbagai kasus kejahatan, 10% sisanya berasal kalangan pebisnis. Hingga saat ini, polisi belum dapat menemukan pelakunya. Belum ada bukti apapun mengenai kasus ini. Pelaku melakukan ini dengan sangat rapi, dapat disimpulkan, pelaku bukan merupakan orang sembarangan. Ditangan kanan korban terdapat nama korban yang ditulis menggunakan tinta hitam dan leher korban juga terdapat tulisan,

'Writer'

Pembunuh ini sangat terkenal dikalangan masyarakat. Kasus ini pun menuai banyak pro dan kontra. Mereka yang mendukung pembunuhan itu beranggapan bahwa 'writer' adalah pahlawan. Dendam, kekesalan, sakit hati, rasa benci, ambisi, bahkan kecewa karena kehilangan seseorang. Semua rasa itu akan hilang jika yang melakukan kesalahan lenyap. Namun, pembunuh tetaplah pembunuh, begitu kata orang yang tidak mendukungnya. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan hanya karena sang korban merupakan seorang penjahat atau kriminal.

Pagi ini, kasus 'writer' terulang kembali. Korbannya kali ini adalah sekelompok pemerkosa seorang mahasiswi Universitas Jayakarta. Kelompok tersebut terdiri dari 12 orang ; tujuh orang merupakan mahasiswa dari universitas yang sama dan lima orang merupakan pemegang saham terbesar di universitas tersebut. Polisi dan beberapa ahli forensik pun dikerahkan.

"Ini ulah writer," ujar Komisaris Polisi.

"Korban terbunuh dengan cara yang sama, kerusakan organ vital dari dalam," ujar salah seorang ahli forensik yang sedang mengecek kondisi korban.

"Tidak dapatkah kalian mencari tahu, bahan kimia apa yang dimasukkan ke dalam tubuh korban?"

"Sampai saat ini, tim kami belum menemukan zat apapun yang menjadi penyebab kematian korban," ahli forensik itu berdiri menghadap pemimpin kasus.

"Komandan Ryu, apakah sebaiknya kita panggil detektif VR untuk menyelidiki kasus ini? Kasus ini sudah berjalan hampir setahun, namun belum membuahkan hasil," ujar Perwira Putra, bawahan dan tangan kanan komandan Ryu.

"Tidak ada pilihan lain. Putra, hubungi V!" perintah komandan Ryu.

"Baik komandan," tanggap Putra.

Mereka sudah mencari - cari barang bukti di sekitar lokasi kejadian, namun nihil. Tidak ada barang bukti atau pun petunjuk yang ditinggalkan oleh 'writer'. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke kantor.

Rekan lain sudah menunggu mereka di kantor. Sebuah rapat mengenai kasus 'writer' sedang berlangsung. Tiga anggota kepolisian lain tengah duduk di sebuah meja bundar. Mereka tampak menunggu hasil dari penyelidikan. Komandan Ryu dan Perwira Putra ikut duduk, bergabung bersama mereka.

"Apakah kalian mendapatkan hasil?" Tanya Rizka, ahli IT dalam kelompok ini.

"Belum, bagaimana kalian?" Komandan balik bertanya.

"Berdasarkan catatan kasus, 'writer' paling sering bergerak pada malam hari. Lokasi pertama terjadinya kasus di distrik enam, kemudian menyebar hingga ke seluruh kota"

"Laporan pertama kasus 'writer', korban merupakan seorang ketua geng, yang kerap kali mem bully dan memalak siswa di SMAN 09," ujar Rizka.

"Apakah mungkin pelakunya seorang pelajar?" Tanya Perwira Putra.

"Tapi kita sudah mengirim beberapa tim kita untuk menyamar ke SMAN 09, mereka tidak menemukan seorang pun yang mencurigakan," tanggap Rizka.

Tiba - tiba seorang wanita paruh baya masuk kedalam ruangan tersebut. Ia adalah asisten dari detektif VR yang diceritakan tadi. Sebut saja dia,

"Wanda,"

Komandan Ryu mempersilahkan Wanda untuk duduk bersama mereka. Wanda pun duduk bersama mereka dan menjelaskan detail tentang hasil analisa catatan kasus yang dilakukan detektif VR sebelumnya. Ia menjelaskan bahwa pelakunya berumur sekitar 18 sampai 20 tahun. Antara siswa/i SMA atau Mahasiswa/i. Wanda juga memaparkan profil lengkap beberapa tersangka yang di curigai oleh detektif VR. Salah satunya,

"Gavin Mahaparna, Ia merupakan anak dari seorang mafia minyak terbesar di Jakarta. Hal ini didasarkan fakta bahwa sepuluh persen korban merupakan pebisnis," ujar Wanda.

"Mengapa bukan ayahnya? Yang seorang mafia kan ayahnya, bukan dirinya," tanggap Perwira Putra.

"Seorang pimpinan mafia, tidak pernah langsung bertindak membunuh korbannya. Ia pasti menyuruh anak atau bawahannya."

.

"Kentaro..."

Seorang gadis memeluk pemuda manis bernama Kentaro. Sebut saja gadis ini adalah Natalie. Mereka merupakan sepupu jauh. Natalie berasal dari Indonesia, sedangkan Kentaro berasal dari Jepang. Kentaro datang ke Indonesia akibat kecelakaan tragis yang menimpa keluarganya. Keluarga Natalie menawarkan diri untuk menjadi keluarga baru bagi Kentaro.

Awalnya, Kentaro enggan menerima bantuan dari keluarga ini. Namun setelah terus dibujuk, akhirnya ia memutuskan untuk menerima keluarga Natalie sebagai keluarga barunya.

"Bagaimana perjalananmu? Menyenangkan?" Tanya Natalie.

"Sangat menyenangkan, tetapi juga sangat melelahkan," jawab Kentaro.

Orang tua Natali datang menghampiri mereka,

"Istirahat lah di rumah. Nanti sore persiapkan barang - barang mu untuk sekolah esok hari," ujar Renata.

"Aku akan bersekolah besok?" Tanya Kentaro.

"Ya. Kau akan bersekolah di tempat yang sama dengan Natali," jawab Ferdi.

"Baik bibi, dan juga om."

"Jangan panggil kami bibi dan om, panggil kami mama dan papa. Kita orang tuamu sekarang," ucap Renata.

Kentaro menyetujui hal itu. Mereka pun pergi dari bandara dan mampir ke cafe dekat bandara. Keluarga Natalie saling melempar lelucon untuk mencairkan suasana. Mereka berusaha membuat Kentaro nyaman . Kentaro disambut baik disini. Setelah orang tuanya meninggal, sanak saudaranya yang berada di Jepang enggan untuk menerimanya. Mereka bahkan melupakan siapa Kentaro.

Di Jepang, Kentaro pun hidup sendiri di kos - kos an sempit dan kumuh. Ia meninggalkan sekolahnya dan mulai bekerja demi menghidupi dirinya sendiri. Untungnya hal tersebut hanya berlangsung kurang dari setahun. Keluarga Natalie menelpon Kentaro untuk menawarkan bantuan. Ibu Natalie merupakan sepupu dari ibunya. Awalnya Kentaro enggan menerima bantuan dari Renata, karena enggan merepotkan keluarga ini. Namun, karena keadaan keuangannya menipis dan alasan lain, ia pun setuju.

"Kau sudah selesai?" tanya Natalie.

"A- ah iya. aku sudah selesai makan," jawab Kentaro.

Natalie mendekati Kentaro dan merangkulnya, "Sudahlah, jangan terlalu banyak melamun. Kita disini telah menjadi keluarga barumu".

Kentaro mengangguk dan tiba-tiba,

Dor...

Suara tembakan terdengar dari luar Cafe. Lima orang berpakaian hitam dengan senjata api masuk ke dalam Cafe dan mulai menodongkan pistol ke semua orang yang ada di dalam. Mereka membentuk formasi melingkar, mengepung para sandra. Kentaro, keluarga Natalie, dan pengunjung yang lainnya hanya bisa menurut. Tiada diantara mereka yang berani melawan sekumpulan penjahat itu.

Dor.. Dor..

"SEMUANYA MENUNDUK!!" teriak salah satu dari mereka.

"Kau!" penjahat itu menunjuk Kentaro dengan pistol.

'Kumpulkan semua barang berharga dan masukkan semuanya dalam tas ini," lanjutnya.

Penjahat itu melempar tas hitam besar ke arah Kentaro dan ia pun mengambilnya. Ia mulai berkeliling mengumpulkan barang berharga.

Namun tiba - tiba saja semua penjahat itu terdiam saat melihat seseorang mengenakan jas hitam dengan topeng pesta yang digunakan dalam acara dansa film klasik.