Chereads / Writer is Killer / Chapter 2 - Dia yang Marah

Chapter 2 - Dia yang Marah

Di luar Jendela, angin berhembus dengan kencangnya. Daun - daun kering berterbangan mengikuti arah angin berhembus. Sepertinya malam ini akan turun hujan.

Kentaro berada di kamarnya. Dengan tatapan kosong, ia menatap keluar Jendela. Kejadian tadi sore terus berputar di kepalanya. Ia masih tidak mengerti apa yang terjadi, semuanya terjadi begitu cepat. Entah mengapa semua orang dengan mudah melupakan kejadian tadi.

Tidak.

Mereka benar - benar lupa. Mereka lupa tentang peristiwa itu. Lupa tentang perampokan yang itu.

Dan juga,

Lupa tentang kehadiran lelaki bertopeng hitam. Semenjak kehadirannya, mereka lupa akan semua yang terjadi di cafe tersebut. Lima orang perampok yang membajak cafe pun tiba - tiba saja menghilang.

/Flashback,

Kentaro mengumpulkan barang berharga milik semua orang di cafe, kecuali milik para perompak.

Tiba -tiba, seorang pria dengan setelan jas dan topeng hitam menghentikannya. Ia mengambil tas tersebut dan dengan cepat mengembalikan barang - barang berharga kepada pemiliknya. Cepat sekali, sampai ia terlihat seperti bayangan hitam yang berkeliling.

"Cepat," pikir Kentaro.

Pria bertopeng terus berputar mengelilingi mereka, kemudian ia dan para perompak tersebut hilang tanpa jejak. Semua orang berdiri dan mulai menengok ke segala arah, mencari pria bertopeng dan para perompak tersebut. Ada pula yang tidak peduli, mereka segera mengecek barang berharga mereka yang sebelumnya di curi.

Asap putih mulai mengepul di cafe tersebut. Semua orang menghirup asap tersebut dan tertidur seketika. Kentaro panik, hanya dia satu - satunya orang yang tidak tertidur karena menghirup asap tersebut.

"Ada apa ini?" pertanyaan yang ditanyakan Kentaro dalam pikirannya.

Setelah asap itu memudar, semua orang terbangun dengan mata tertutup dan kembali ke meja masing - masing. Setelah itu, mereka membuka mata dan mengulangi aktivitas sebelumnya.

apa ini dan bagaimana ini bisa terjadi?

Mengapa hanya ia yang tidak terpengaruh?

Kentaro berdiri dengan terkejut memerhatikan apa yang baru saja terjadi.Natalie beranjak dari meja tempat ia duduk dan menghampirinya,

"Kau sudah selesai?"

"Hah?" mendengar hal tersebut, Kentaro mengerutkan dahinya.

Natalie merangkul nya, "Sudahlah, jangan terlalu banyak melamun. Kita disini telah menjadi keluarga barumu".

Natalie segera menarik tangan Kentaro pergi keluar cafe. Renata dan Ferdi mengikuti mereka keluar dari cafe tersebut.

Flashback End./

"Siapa dia sebenarnya?"

.

Keesokan paginya, Kentaro dan Natalie bangun dan bersiap - siap untuk pergi ke sekolah. Mereka akan berangkat dengan ayah dengan mobil. Setelah selesai siap - siap, mereka turun menuju meja makan yang ada di lantai bawah. Mereka sarapan bersama dengan tenang tanpa ada percakapan apapun. Hingga,

# Berita hari ini, kasus pembunuhan 'Writer' kembali meneror….

'Writer? siapa dia?' tanya Kentaro dalam pikirannya.

"Writer memulai lagi aksinya," ujar Natalie.

"Siapa dia?" akhirnya Kentaro bertanya.

"Dia merupakan pembunuh yang meninggalkan tulisan pada korbannya. Di leher terdapat tulisan 'Writer' dan di tangan tertulis nama korban. Bahkan, ada beberapa korban yang kejahatannya ditulis dengan jelas di belakang punggungnya," Jawab Natalie.

Lima korban 'Writer' kali ini, merupakan para perampok yang selama ini dicari kepolisian.

Siaran berita tersebut menampilkan foto - foto korban.

Hei! itu bukannya para perampok yang merampok cafe kemarin??

#Korban ditemukan dalam keadaan yang sama. Polisi masih menyelidiki, bagaimana 'Writer' membunuh mereka. Kerusakan organ dalam tanpa ada bekas luka yang tampak.

Ternyata, yang dilihat oleh Kentaro adalah 'Writer'. Ia terkejut bukan main. Antara takut dan bingung.

"Kau tidak apa - apa?" tanya Natalie.

"Tidak apa - apa, hanya sedang berpikir," jawab kentaro.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Entahlah, hanya suatu hal yang sebenarnya tidak terlalu penting. Namun…." Kentaro melihat ke arah Natalie. Semua anggota keluarga menengok ke arah Kentaro.

"Tidak ada, lupakan."

"Hufttt, jangan kau pikirkan hal yang memang tidak penting!" Ferdi menghela napas.

Setelah itu, mereka melanjutkan sarapan hingga selesai. Kemudian, mereka berangkat sekolah.

"Dah ayah," ujar Natalie. Kentaro dan Natalie melambaikan tangan.

Setelah itu, mereka berjalan masuk ke sekolah melewati pintu gerbang. Mereka berbeda kelas, jadi saat sudah sampai di tangga, mereka pun berpisah. Kelas Kentaro ada di lantai dua, sedangkan Natalie ada di lantai tiga.

Kentaro mencari - cari kelasnya. Ah, ketemu. Kelas 12 IPS 3.

"Permisi," sapa nya kepada semua orang di kelas.

Belum ada guru di dalam kelas, suasana berisik dari anak - anak yang sedang mengerjakan PR nya di sekolah. Kehadiran Kentaro pun tidak mengganggu aktivitas mereka. Semua sibuk mengerjakan tugasnya masing masing, walaupun sebenarnya ada satu atau dua murid yang menyadari kehadirannya.

Hal tersebut membuat Kentaro merasa asing. Perlahan ia masuk dan duduk di kursi belakang, karena hanya kursi itu saja yang kosong. Namun saat ia duduk, semua segera menatapnya terkejut. Mereka juga tampak ketakutan.

Kenapa?

Entahlah, ia tidak tahu mengapa mereka seterkejut itu. Sungguh aneh. Kentaro tidak menghiraukan hal tersebut.

"Pagi anak - anak, maaf karena bapak terlambat," seorang guru sudah memasuki ruangan.

Para siswa/i di kelas beralih menatap guru dan segera duduk di tempat masing - masing.

"Duh, gue belum selesai sama sekali, gimana njir?"

"Lah, gatau ya. Itu urusan lo."

Begitulah kira-kira percakapan penghuni kelas ini. Guru pun telah duduk di mejanya. Ketua kelas memimpin seluruh murid di kelas untuk berdoa dan memberi salam kepada guru mereka.

"Anak - anak, hari ini kita kedatangan murid baru dari Jepang. Kamu maju ke depan!" ujar sang guru kepada Kentaro.

Kentaro pun maju untuk memperkenalkan dirinya kepada teman-teman nya. Semua murid memandang ke arah nya.

"Halo, nama saya Kentaro Ryuga. Salam kenal," ujar Kentaro, menundukkan kepalanya.

"Ahh, Yoroshiku," tanggap anak - anak di kelas dengan bahasa Jepang.

"Keren, dia bisa bahasa Indonesia?"

Kentaro hanya bisa tersenyum mendengarnya. Ia merasa senang mendengar itu. Ia harap kehidupan SMA nya yang singkat ini akan sangat menyenangkan.

Setelah selesai perkenalan, ia pun beranjak kembali ke tempat duduknya. Namun, saat hendak kembali ke tempat duduknya, ia ditabrak oleh seseorang. Dengan santainya, ia melewati Kentaro dan guru di depannya.

"Maaf,"

Orang tersebut menuju tempat duduk Kentaro. Ia meletakan tas nya di samping tempat duduk Kentaro. Lalu kemudian,

Brakk...

Ia melempar tas Kentaro hingga menyentuh tembok didepan kelas. Tampaknya ia sangat marah.

"Hei!! Bukankah sudah kubilang, jangan ada yang duduk di samping tempat dudukku!!! APA KALIAN MENGERTI???"

Seisi kelas terdiam sesaat. Mereka semua tampaknya takut kepada orang yang satu ini. Semua menunduk, tidak ada yang berani menatapnya. Kentaro pun membereskan barang-barangnya yang berserakan di depan kelas.

"Gavin Mahaparna,"