Chereads / Melodi Cinta Aisyah / Chapter 9 - Abi Tahu Semuanya

Chapter 9 - Abi Tahu Semuanya

Soal darimana Abi tahu, diam-diam ternyata Abi menyuruh anak Mak Beti yang bernama Dani. Umur Dani baru menginjak usia 16 tahun namun abinya mempercayai Dani untuk mengikuti kemana pun Aisyah pergi dan bersama siapa. Dan tanpa Aisyah sadari selama ini Dani ternyata mau berteman dengan dirinya hanya karena disuruh Abi untuk mengorek informasi, apakah Aisyah sudah punya pacar atau belum.

Pada saat itu Aisyah tanpa sadar malah menceritakan kisah cintanya pada Reza dan tentu saja Dani diam-diam langsung melapor pada Abi Rozak. Tentu saja Dani mau meskipun tidak dibayar karena Abi Rozak adalah orang yang paling disegani dan juga dermawan pada siapapun.

"Abi darimana Abi tahu jika Aisyah pacaran dengan Reza?" tanya Aisyah lagi karena penasaran dan juga takut karena abinya ternyata diam-diam tahu apa yang dilakukannya selama ini.

"Sudah Abi bilang kamu tidak perlu tahu, kamu hanya perlu menurut sekali saja dengan abi karena kalau sudah waktunya nanti kamu akan Abi jodohkan dengan orang yang tepat." Abi berucap sambil menatap nyalang pada Aisyah yang menunduk takut.

"Abi sudah Aisyah katakan jika Aisyah minta maaf dengan kesalahan yang Aisyah perbuat karena berpacaran tanpa sepengetahuan Abi. Tapi untuk masalah perjodohan Aisyah harus memilih sendiri," terang Aisyah dengan sangat tegas karena dirinya tidak ingin dijodohkan seperti kakaknya Rengganis.

"Kamu hanya perlu menurut Aisyah, setelah ini kamu juga harus berhenti kuliah. Kamu akan Abi letakkan di pesantren sahabat Abi biar kamu bisa menata hatimu," ucap Abi dan Aisyah mendadak merasa lemas mendengar penuturan abinya barusan. Dirinya harus berhenti kuliah dari bidang yang dia sukai? Aisyah merasa takut jika itu benar-benar terjadi.

"Abi, jangan menghukum Aisyah dengan cara seperti itu. Aisyah janji tidak akan berpacaran lagi pada siapapun, tapi Aisyah mohon jangan memindahkan Aiysah untuk tinggal di pesantren." Aisyah menolak semua keinginan abinya.

"Kamu hanya perlu mempersiapkan dirimu, karena setelah kakakmu Rengganis pulang kamu Abi antarkan ke pesantren, tepatnya di Jawa." Abi berucap dengan penuh penekanan tidak ingin dibantah.

Aisyah shock saat mendengar jika dirinya harus meninggalkan kota tercintanya hanya demi menuruti keinginan abinya.

Kemudian Aisyah langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari ruang baca, meninggalkan Abi yang masih duduk. Tidak sopan memang saat abinya masih belum selesai berbicara namun Aisyah buru-buru pergi dari hadapan abinya. Abi hanya bisa menghela napas panjang sambil mengelus dadanya berusaha untuk tidak marah menghadapi sikap Aisyah.

Setibanya di luar ruang baca, ada umi yang baru saja pulang dari rumah Mak Beti karena ada acara arisan. Aisyah langsung berhamburan memeluk uminya dengan sangat erat sambil menangis menumpahkan kekesalan yang dia rasakan saat ini.

"Hei, ada apa ini. Anak umi kok nangis. Ada masalah apa?" tanya umi Masitoh sambil mengelus puncak kepala Aisyah seakan menyalurkan rasa simpatinya pada Aisyah.

"Umi, pokoknya Aisyah tidak mau tinggal di pesantren apalagi di Jawa. Dan juga Aisyah masih tetap pengen kuliah di sini," ucap Aisyah sambil menangis sesenggukan. Bayangan ingin mendapat gelar S,sn. pupus sudah karena permintaan abinya. Benarkah apa yang dibicarakan abinya jika dia akan tinggal di Pulau Jawa yang belum pernah sama sekali Aisyah ketahui.

"Mungkin Abi ingin yang terbaik untuk kamu Syah, kamu hanya perlu menurut apa kata abimu. Umi juga tidak bisa melarang keinginan Abi," tutur umi sambil tangannya masih membelai puncak kepala Aisyah. Bersamaan dengan itu Abinya keluar dari ruang baca. Abi melihat Aisyah yang menangis sambil mengadu pada uminya. Kemudian umi melihat Abi hanya tersenyum melihat tingkah Aisyah yang masih kekanak-kanakan meskipun sudah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Aisyah melepas pelukannya mendengar perkataan uminya membuat Aisyah merasa jika umi sangat mendukung keputusan abinya.

"Umi dan Abi sama aja," cetus Aisyah sambil berlari menuju kamarnya dan segera mengunci pintunya dari dalam tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Umi tampak menghela napas panjang sama seperti yang dilakukan abi tadi.

Umi Masitoh mendekati Abi Rozak.

"Abi serius ingin memindahkan Aisyah ke pesantren?" tanya umi Masitoh penasaran.

"Iya, biar anak itu tidak selalu bermain-main musik," jawab Abi mantap.

"Kapan bi?" tanya umi Masitoh.

"Setelah Rengganis pulang nanti sekalian Aisyah akan Abi letakkan di pesantren milik Umar. Dan Rengganis akan Abi jodohkan dengan anaknya Umar," terang abi Rozak.

"Bagaimana kabar kang Umar bi?" tanya umi Masitoh mengingat nama Umar disebut. Umi memanggil kang Umar karena itu merupakan panggilan untuk orang Jawa pada lelaki.

"Dia baik, bahkan pesantren yang dia bangun sudah makin terkenal dan banyak santri dari luar Jawa," sahut Abi Rozak. Umi Masitoh hanya mengangguk menanggapi ucapan Abi Rozak.

Sementara itu didalam kamar, Aisyah sedang menangis pilu karena karena hari ini membuat dirinya merasa kesal. Mulai kejutan dari Reza hingga permintaan abinya yang menyuruhnya berhenti kuliah. Aisyah menumpahkan tangisannya dan mengeluarkan buku Diary ungu yang selam ini dia selalu bawa.

Lalu Aisyah berjalan hendak duduk di kursi meja belajarnya. Dan meletakkan buku diary nya lalu membuka lembaran yang masih kosong.

Dear diary.

Hai jumpa lagi bersamaku.

Hari ini begitu banyak kejutan yang aku dapatkan. Niatku ingin memberi kejutan pada bang Reza mendatanginya secara diam-diam tapi ternyata aku sendiri yang mendapat kejutan dari dia.

Tanpa aku ketahui bang Reza menjalin hubungan dengan Salsa sahabat baikku.

Pantas saja dia selalu membatalkan janji kencannya pada ku. Sakit, tentu saja. Karena dia adalah orang yang aku cintai sejak pertama aku masuk sekolah SMA. Dia orang yang aku kagumi ternyata mendua. Dan satu lagi yang membuatku sedih, Abi ingin memindahkan ku di pesantren dan menyuruhku berhenti kuliah. Haruskah aku menuruti keinginan abi. Ya Tuhan jika semua ini sudah engkau takdirkan bisakah aku menolaknya.

Setelah menulis sedikit goresan tentang hatinya, Aisyah menutup buku itu kembali. Tiba-tiba dirinya teringat dengan sebuah kata-kata yang pernah dia baca dari salah satu buku milik abinya yang tidak sengaja dia baca di atas meja living room.

Ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau lewati yang akan membuat kau terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit.

(Ali bin Abi Thalib)

Ya dirinya harus menata hatinya kembali agar terlarut dalam kesedihan hanya karena penghianatan Reza. Mungkin menuruti permintaan abinya mampu membuat hati Aisyah merasa bahagia. Saat ini Aisyah sedang dilanda dilema antara berhenti kuliah atau tinggal di pesantren.

Apakah tinggal di sana akan ada kebahagiaan yang menantinya, mendadak hati Aisyah merasa takut karena akan tinggal jauh dari kedua orang tuanya.