Chereads / Melodi Cinta Aisyah / Chapter 6 - Memberi Surprise Pada Reza

Chapter 6 - Memberi Surprise Pada Reza

Hari sudah semakin sore, Aiysah sudah selesai dengan kegiatan les musiknya yang dia ikuti tanpa sepengetahuan abinya. Pikiran Aisyah kali ini terganggu karena ungkapan perasaan dari Arif. Aisyah belum tahu bagaimana dirinya besok akan mengikuti pelajaran tanpa rasa malu. Karena Aisyah sangat malu jika ada yang menyukainya berada di kelas yang sama. Dari dulu memang seperti itu, jika ada yang menyukainya dari teman sekelas, Aisyah tampak tak berani berkutik. Ruang geraknya seperti ada yang memperhatikan. Sehingga membuat Aisyah merasa tak nyaman.

Lalu Aisyah segera menyalakan motor matic nya menuju rumah. Ia tidak ingin telat kali ini karena takut mendapat ceramah dari sang Abi. Karena jika pulang telat, abinya selalu memberikan ultimatum pada Aisyah.

Tak sampai 10 menit Aisyah sudah tiba di rumahnya karena jarak kampus dan tempat dia les tidak jauh dari rumah. Rumah Aisyah terletak di pusat kota Pekanbaru yang terkenal dengan adat Melayu. Kota yang merupakan kota kelahiran Aisyah.

Lalu Aisyah memarkirkan motornya di garasi samping rumahnya. Di sana ada dua mobil yang terparkir namun Aisyah tidak pernah mengendarainya karena lebih nyaman menggunakan sepeda motor miliknya.

"Assalamualaikum," ucap Aisyah karena melihat Abi dan Umminya tengah duduk di sofa yang ada di living room. Rumahnya terdapat dua lantai dan sangat luas.

"Waalaikumsalam," jawab abi dan umminya serentak.

Kemudian Aisyah segera mencium tangan Abi dan juga umminya. Lalu Aisyah pun ikut duduk di sofa berhadapan dengan kedua orangtuanya. Abi tampak sedang berbicara melalui telpon, sepertinya kakak Aisyah yang menelpon. Aisyah dan umminya hanya mendengarkan saja. Akhirnya pembicaraan mereka pun selesai dan Abi kembali meletakkan ponselnya di atas meja.

"Kakakmu Rengganis yang telpon," ucap Abi memberitahu Aisyah yang sepertinya tahu jika Aisyah bakal menanyakan. Aisyah tampak mengangguk-anggukkan kepala.

"Kak Anis mau pulang bi?" tanya Aisyah antusias, diriny sudah rindu sekali pada kakaknya yang sudah pergi ke Kairo hampir 6 tahun. Begitupun dengan kakaknya yang bernama Humaira, dia sudah ada di sana sekitar 4 tahun. Aisyah tidak ingin mengikuti jejak mereka di sana karena tidak ada keinginan untuk mendalami ilmu agama di negeri orang. Baginya di kota sendiri jauh lebih indah dan nikmat sehingga bisa menyalurkan hobynya yang di tentang oleh abinya.

"Iya dia sebentar lagi mau pulang, tapi kakakmu Maira belum, masih di sana." Abi menjelaskan pada Aisyah. Umminya pun tampak senang saat mendengar putri sulungnya akan pulang karena ummi pun sudah sangat rindu pada Rengganis.

"Kapan bi?" tanya Aisyah penasaran. Dia harus menyiapkan surprise buat kakaknya, Rengganis.

"Bulan depan mungkin, dan dia akan Abi jodohkan dengan anaknya sahabat Abi jika pulang nanti. Dia anaknya pak kyai," terang Abi dengan wajah yang sumringah.

"Apa kak Anis tau bi?" Aisyah penasaran dengan ucapan abinya barusan.

"Dia pasti mau. Selama ini kakakmu tidak pernah membantah seperti mu jika Abi kasih nasehat." Abi menekankan kata-katanya agar Aisyah mau mengubah dirinya menjadi seperti kakaknya. Selalu saja Aisyah dibanding-bandingkan dengan kedua kakaknya yang kuliah di Kairo.

Hati Aisyah tidak pernah merasakan sakit jika dibandingkan dengan kedua kakaknya. Tetapi dirinya hanya bosan saja jika Abi mengulang kata-katanya agar dirinya bisa menyamai kedua kakaknya yang sekolah agama di Al-Azhar.

"Ya udah bi Aisyah mau ke kamar dulu, mau mandi," seru Aisyah pada kedua orangtuanya yang masih duduk di sofa. Mereka mengangguk saja menanggapi ucapan Aisyah.

Setibanya di dalam kamar, Aisyah melempar tasnya di atas ranjang kemudian dirinya pun ikut telentang di atas ranjang. Tiba-tiba Aisyah teringat akan Reza. Langsung saja dia merogoh ponselnya yang ada di dalam tas seraya bangkit dari posisi telentang.

Kemudian Aisyah membuka ponselnya. Yang dia tuju paling utama adalah aplikasi pesan berwarna hijau.

Ting....

Ada banyak pesan yang masuk dan semua itu dari Reza. Hanya spam chat yang menanyakan dirinya sedang apa dan udah makan atau belum. Aisyah merasa jengah langsung saja Aisyah melempar ponsel itu di atas ranjang tanpa ingin membalasnya.

"Dasar batu, udah 3 bulan nggak ketemu yang ditanyakan cuma itu-itu aja. Bikin bosen dan ilfill banget," gumam Aisyah bermonolog. Tidak ingin memikirkan itu, Aisyah langsung menyambar handuknya yang ada di atas kursi kemudian Aisyah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian langsung shalat magrib.

Tepat saat Aisyah keluar, adzan pun dikumandangkan saat itu juga. Tanpa menunggu lagi Aisyah segera memakai mukenanya agar segera melaksanakan kewajibannya.

****

Seminggu kemudian, tepat dimana hari ini adalah hari Minggu. Saat ini Aisyah sedang libur kuliah, agendanya hari ini adalah ingin pergi ke tempat Reza dan memberikan surprise atas kehadirannya. Aisyah sengaja tidak memberi tahu pada Reza jika dirinya ingin ke sana. Dan membawakan makanan kesukaan Reza.

Hari ini Reza sebenarnya mengajak Aisyah ketemuan namun Aisyah menolak dengan alasan ada acara di rumah. Aisyah merasa senang karena Reza masih mau mengajaknya ketemuan.

Jam menunjukkan pukul 7 pagi, Aisyah segera bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi menemui Reza di rumahnya yang berada di dekat kampus. Kali ini Aisyah akan belajar memaafkan Reza, mungkin saja Reza sibuk selama ini pikir Aisyah.

Setelah beberapa menit bersiap-siap, akhirnya Aisyah selesai juga. Kemudian Aisyah menyambar tas dan kunci sepeda motor yang ada di atas meja.

Di teras tampak ada Abi menyirami bunga dan umi menyapu halaman karena telah selesai memasak. Kemudian Aisyah memberanikan diri untuk pamit pada mereka yang tengah serius.

"Abi, Aisyah izin keluar sama teman-teman ya bi?" ucap Aisyah. Abi meletakan alat-alat untuk membersihkan bunga. Kemudian duduk di kursi depan teras.

"Laki-laki apa perempuan?" tanya Abi Aisyah sambil menatap manik mata Aisyah.

"Perempuan ada yang laki juga Abi," jawab Aisyah beralibi. Dirinya tidak mungkin jujur jika kali ini ingin menemui Reza ditempatnya. Pacaran saja dia lakukan secara diam-diam.

"Ya udah jangan sampai malam," sahut Abinya memberi izin. Sebenarnya Abinya tahu jika Aisyah akan bertemu dengan Reza. Tapi kali ini Abinya ingin melihat sejauh mana Aisyah berbuat nekat.

"Makasih Abi, nggak sampai malam kok," lanjut Aisyah dengan hati yang gembira. Kemudian Aisyah mencium tangan abinya. Lalu beralih menghampiri uminya yang sedang menyapu.

"Umi Aisyah keluar dulu ya, janji nggak sampai malam kok," ucap Aisyah. Umi langsung meletakkan sapunya dan melihat penampilan Aisyah dari atas sampai bawah. Masih sopan sebenarnya, rok seperempat dan atasan sweater berwarna putih tak lupa memakai sepatu putih juga. Namun umminya ingin jika Aisyah menggunakan hijab setiap kali keluar rumah.

"Ya udah hati-hati dijalan," sahut uminya sambil mengulurkan tangannya yang diraih oleh Aisyah untuk dicium. Kemudian Aisyah segera menyambar sepeda motornya dan melajukannya. Setelah kepergian Aisyah Abi tampak menelpon seseorang.

"Kamu ikuti saja," titah Abi Aisyah. Kemudian Abi mematikan ponselnya tersebut saat umi Masitoh sudah selesai menyapu dan menghampirinya.

Sedangkan Aisyah kali ini merasakan kebahagiaan karena abinya tak seperti biasa yang selalu menceramahi nya jika hari Minggu tiba.