Bab 50.
Tenang dan santai hanya itu yang aku bisa, agar Bang Ben tak curiga. Padahal aku pun sedang gelisah mengingat cerita Dery tadi malam. Hendak bagaimana lagi kemana Dery mengadu selain padaku. Ibu sudah tak ada, sedangkan Bapak jauh dari kami. Aku lah pengganti Ibu untuk adik-adikku.
******
Bang Ben masuk ke kamar sambil bersunggut, wajahnya di tekuk seperti lipatan jemuran, inilah yang paling ku benci dari dia. Adikku kan hanya menumpang tidur saja. Soal makan ia beli sendiri di warung nasi. Tapi Dery itu tetap salah terus di matanya. Sepertinya pembawaan badannya itu yang membuat orang selalu kesal saja melihatnya.
"Bilang sama adikmu itu, jangan tidur di ruang tivi! Terganggu orang menonton!"
Teriaknya di telingaku.
"Ya-sudah, nanti ku suruh pindah, tidur di ruang tamu," jawabku pelan. Aku kaget dia teriak seperti itu.
"Bicaranya gak usah teriak, kan bisa! Aku belum tuli," ucapku sambil keluar kamar.