Bab 261.
Selesai makan siang, Sinta rebahan lagi di atas ranjang. Tubuhnya masih terasa hangat, baru aja terlelap, udah mengigau lagi. Aku bingung lihat kondisinya, bukan cuma malam saja ia ngigau begini. Sampai Mama Yogi masuk ke kamar, sangkin kuatnya dengar igauan Sinta.
"Mungkin ini bawa-an bayi dalam perutnya?" kata Mama Yogi.
"Entah-lah, belum pernah Sinta begini, Bu," sahutku sambil perhatikan napas Sinta yang naik turun tak beraturan.
"Hendak di bangunkan kasihan, karena baru aja dia terlelap," ucapku.
******
Hari ini aku datang lagi menjenguk Sinta, tapi bersama Bang Ben dan Kak Eli. Sedangkan Nina dan Raka tak ikut bersama kami karena mereka masuk sekolah. Aku bawa makanan kesukaannya, semur ayam dan pergedel.
Sinta belum boleh makan yang pedas, karena tenggorokannya meradang. Semua penyakit di borongnya sendirian.
"Sintaa ... lihat ini siapa yang datang!" ucap Mama Yogi.
"Ibuuu ... Uwaak!" sapanya.
"Ayah gak di sebutt," protes Bang Ben.