Bab 252.
Esok harinya, sehabis Zuhur, Sinta datang ke rumah. Ia bawa gorengan kesukaan adiknya. Goreng pisang molen masih hangat, belinya di dekat tempatnya mengajar. Raka dan Nina senang sekali lihat kakaknya datang lagi. Kalau tak ada Bang Ben di rumah, aku dan Sinta bisa bebas pergi temani dia. Tak perlu lihat wajahnya yang bersungut itu.
Dengan anak sendiri aja cemburu, iri kalau lihat kami pergi. Padahal anak loo, bukan dengan teman. Mungkin di dunia ini gak ada orang seperti dia. Pernah kami bertiga pergi undangan, aku pamitan dengannya. Ia lalu kasi ijin, eeh, pulang dari undangan, kumat stressnya. Aku dan Sinta di bentak dan di makinya. Pasti pembaca belum pernah lihat orang seperti Bang Ben ini-kan?