Bab 244.
Mendengar penjelasan Dokter Elvira, Sinta langsung terdiam. Aku pun ikut bingung, lalu cepat tersadar untuk membesarkan hatinya. Tak apa, baru menikah ini masih banyak waktu untuk bisa program kehamilan lagi. Seminggu lagi di sarankan untuk cek-up dan USG. Gunanya untuk melihat masih adakah tersisa darah di rahimnya atau sudah bersih.
Dokter Elvira menuliskan resep obat pereda nyeri dan vitamin, ambilnya di bagian farmasi di lantai satu. Kami pun permisi dan turun lewat lift menuju lantai bawah. Keluar dari lift, Sinta sesekali masih meringis. Tak lama hapenya bergetar, aku ajak Sinta untuk duduk di bangku ruang tunggu. Biar aku saja yang antri untuk tebus resepnya.
Wajah Sinta masih kelihatan pucat dan lemah. Duhh ... kasihannya anakku, sambil terus melihat dia yang sedang bicara di telfon. Pasti Sinta bicara dengan Yogi soal ini, wajahnya tampak serius, sambil sesekali memegang perutnya yang nyeri. Ku lihat antrian tinggal sedikit lagi.