Bab 204.
Tak lama terdengar suara klakson motor di depan pagar. Itu pasti Sinta yang pulang, kali ini Raka yang buka-in pagar. Aku menunggu nya di depan pintu rumah. Sambil senyum ku beritahu kabar baik dari Ibu dan sohibku si Vivi. Sinta yang baru turun dari motornya langsung sumringah mendengar ceritaku.
"Ibu ini loo, gak sabar banget nunggu anaknya turun dari motor," ledek Sinta.
"Hee ... hee, kabar baik ini, harus di sampaikan segera," kataku.
"Ya-sudah, kamu makanlah dulu, habis itu salat Zuhur, baru kita bicara lagi," titahku.
"Iya-Bu," sahutnya.
"Bu ... Ibu mau pergi ke mana?" Nina jadi kepo mendengar percakapan kami.
"Enggak ke mana-mana, cuma mau pergi ke loket bus travel aja," kataku.
"Ikut ya, Bu!" pintanya.
"Hilihhh ... acem bocil, ikut aja ke mana orang pergi!" ejek Raka.
"Yee, biarin ... Ibu aja gak marah kok."
"Hmm ... masalahnya motor Kakak masih muat atau enggak," ledek Sinta.
"Oh-iya, Kakak dapat kado dari teman Ibu, ya?" giliran Raka yang kepo.