Bab 201.
Selesai Magrib, ku lihat langit mulai mendung, sesekali terdengar gemuruh saling bersahutan. Ya Allah, semoga malam ini tak jadi turun hujan, doaku di hati. Bisa batal rencana orangtua Yogi untuk datang. Oh-iya, aku lupa, mereka kan punya mobil pribadi. Tapi kalau hujan, mana mau mereka repot-repot keluar rumah, pikirku.
Untuk menghilangkan cemas, aku masuk ke kamar Sinta. Ku ketuk pintu kamar sambil memanggil namanya. Tokk ... tokk ... tokk.
"Sinta ...! Buka pintu dong, Ibu mau masuk nih!" ucapku.
"Iya, sebentar, Bu!" sahutnya. Tak lama pintu kamar terbuka, aku masuk lalu duduk di tepi ranjang.
"Sin ... ada kabar dari Yogi?" tanyaku sambil harap-harap cemas.
"Sabar, ya, Bu! Kalau pun hujan, mereka akan tetap datang setelah hujan reda," jelasnya menenangkanku.
"Oh-begitu, syukurlah," ucapku sambil menghela napas.
"Ayah bilang apa, Bu?" tanya Sinta.
"Sama dengan pertanya-an Ibu, ia sedang menunggu di ruang tivi," kataku.