Bab 184.
Begitu hendak masuk ke dalam rumah, ku lihat Silfi sepupuku sedang membuang sampah di depan pagarnya. Sebenarnya aku malas menyapa, tapi dia sudah memanggil aku lebih dulu.
"Kak Nayla!" sapanya.
"Iya," sahutku keluar lagi menuju tembok samping rumah.
"Maaf, semalam gak bisa datang di acara lamaran Sinta," ucapnya.
"Kamu ke mana, kenapa semalam gak kelihatan?" jiwa kepoku sulit di bendung.
"Si Raffa kena DBD, Kak! Tiga hari di opname di RS, baru semalam bisa pulang!" jelas Silfi.
"Oh-pantasan, gak kelihatan mereka main di halaman rumah," sahutku.
"Jadi sekarang trombositnya udah normal?" tanyaku lagi.
"Alhamdulillah, tapi dia masih lemas Kak, sedang masa pemulihan," kata Silfi.
"Iya-lah, kalau mau tidur atau bermain, langsung kasi lotion anti nyamuk di kulitnya!"
"Iya, sudah aku buat seperti yang Kakak bilang," sahutnya.
"Suamimu mana?" tanyaku.
"Ada di rumah, Kak, masih tidur!" kata Silfi.