Bab 158.
Tiinn ... tiiinn ...
Suara klakson motor Bang Ben berbunyi di depan pagar. Aku sudah hapal betul, itu suara motornya. Sedang asik menulis, ku tinggalkan sejenak, agar bisa menyiapkan keperluan untuk mandinya. Sudah jadi tugasku setiap dia pulang dari pasar, pasti ku siapkan air hangat untuknya. Agar lelah di tubuh segera hilang, tak masuk angin karena mandinya sudah hampir Magrib.
Begitu masuk ke dalam rumah dan mengucapkan salam, wajah Bang Ben kusut, di tekuk dan bersungut. Ada apa lagi ini, pikirku. Dia kan sudah pisah lapak.dari Kak Eli, kenapa seperti orang kesal gitu wajahnya. Aku tak berani tanya ke dia, hanya diam saja sambil membuatkan teh hangat untuknya.
"Sebenarnya aku sudah malas berurusan dengan Kak Eli itu," sungutnya.
"Semenjak ada menantunya sikap dia berubah!" ucapnya.
"Memang Kak Eli buat apa ke kamu?" tanyaku
"Sesuka hatinya saja kalau bicara, dia bilang lapak yang aku sewa itu mau di pakai sama suami Fitri," jelasnya.