Bab 122.
Dari pada menunggu dengan cemas, sebaiknya aku berselancar di medsos dulu. Sambil tetap berdoa, semoga Pak Penghulu datang tepat waktu. Video siaran langsung tadi sudah banyak yang berkomentar, terutama teman di grup aplikasi warna biru. Mereka rata-rata komen otewe, meluncur ke tekape dan banyak lagi istilah yang mereka gunakan. Aku ambil foto selfi berempat dengan anakku. Dengan caption, "menunggu seseorang itu, rasanya seperti menunggu gajian di awal bulan," aku beri emoji senyum sambil menutup mulut.
Ku lihat bibir Derry komat-kamit, pasti sedang melafalkan doa atau hapalan ijab kabul, entahlah. Yang jelas ia sesekali menyeka peluh di dahi dan wajahnya. Bang Ben dan Ivan tetap mengajak Derry berbicara agar tak terlihat tegang. Papanya Meysa juga ikut berbincang ringan, ia sebagai tuan rumah harus ramah dan menjamu tamu dengan baik. Waktu terus berputar, hingga tepat pukul sepuluh pagi, waktu yang di tentukan telah tiba untuk mengucap janji suci pernikahan.