Peti mati Kaila tidak lama keluar. Peti itu dibawa para perawat menuju rumah duka yang berada tidak jauh dari sana.
"Kaila, maafkan aku yang belum bisa membahagiakan kamu," lirih Theodor.
Tidak lama mereka sudah sampai di depan rumah duka. Di sana sudah terlihat banyak taku yang berdatangan.
"Pa, aku tidak menyangka Kaila akan meninggal seperti ini," kata Theodor.
"Kamu harus sabar, Nak," balas Arga.
Peti mati mulai dibuka menampilkan wajah Kaila yang hancur, tapi tubuhnya saat ini sudah memakai gaun santai.
"Aku sangat mencintai kamu. Aku harap ini semua bukan kenyataan, tapi takdir tidak bisa diubah," kata Theodor.
Pendeta tidak lama datang. Dia mengajak semua orang berdoa untuk Kaila. Suara lantunan doa dan suara tangisan pilu terdengar di sana.
"Sam, aku mau putri kita," lirih Rebecca.
Kesadaran Rebecca perlahan menghilang saat beban yang dia tanggung sudah tidak bisa ditahan. Dunia perempuan itu seperti sudah sangat hancur karena putri kesayangan dia sudah tiada.