Di restoran Din Din, Jiyah menyantap makanannya hingga habis sambil sesekali membelai lembut perutnya.
"Enak banget, aku jadi kenyang," kata Jiyah.
"Sudah selesai? Aku akan bayar dulu," balas Theodor.
"Loh, tunggu dulu dong. Kan kita bisa mengobrol dulu sebentar. Kamu buru-buru amat sih. Lagian papa kamu juga tidak masalah kalau kamu kelamaan dengan calon istri dan anak kamu ini," kata Jiyah.
"Oke, apa yang mau dibicarakan?" tanya Theodor.
"Hmm, membahas soal pernikahan kita. Kamu mau pakai baju pernikahan yang seperti apa?" tanya Jiyah.
"Aku terserah, aku tidak mengurus hal yang tidak penting begitu. Lagian kita menikah karena terpaksa. Pernikahan kita juga akan tertutup sesuai apa yang kita rencanakan," jawab Theodor.
"Iya aku tahu. Aku ikut aja sih, yang terpenting kita menikah," balas Jiyah.
Jiyah menggenggam tangan Theodor, tapi ditarik membuat Jiyah merasa sedih.
"Ya sudah kalau kamu sudah mengerti," kata Theodor.