Chereads / Theodor Obsession / Chapter 1 - Bad Meeting

Theodor Obsession

🇮🇩noviaaryani
  • 405
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 236.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bad Meeting

Seorang perempuan memiliki warna mata abu-abu dengan rambut sebahu berwarna coklat sedang termenung di sebuah klub ditemani suara-suara musik kencang dan orang-orang yang memekik senang. Ia yang mengadakan pesta, tapi dia sendiri terlihat tidak bersemangat sama sekali untuk bergabung dengan teman-teman dia yang sudah duluan menari-nari di lantai dansa.

"Woi, Kaila. Melamun aja lu, enggak mau nih lu bergoyang di depan?" tanya Christine.

"Mendadak gue bosan nih sama acara yang gue adain," jawab Kaila.

"Bosan kenapa lu? Pasti gara-gara mikirin si Theo," kata Christine.

"Enggak. Ogah gue pikirin dia. Jangan bahas dia lagi deh, nanti dia muncul lagi," balas Kaila.  

"Hahaha, teman gue sepertinya trauma nih," ejek Christine sambil tertawa terbahak-bahak.

"Gue enggak trauma sama Theo, tapi gue bosan aja sama dia. Setiap hari dia selalu aja mengikuti gue," balas Kaila sambil jarinya memanggil salah satu pelayan.

Tangan Kaila mengambil sebuah gelas, tapi tiba-tiba gelas itu melayang hingga terjatuh ke lantai.

Prang

Mata Kaila membulat melihat gelas itu jatuh berkeping-keping, ditambah tatapan semua orang yang menatap ke arahnya. Ia medongakan kepala melihat manik mata biru seseorang yang paling menyebalkan di dunia ini. Seketika tubuh Kaila menegang saat pria itu semakin melangkah mendekat.

"Ini kerja kelompok yang kamu bilang, Kaila Davina Abraham?" tanya Theodor dengan kekehan yang dapat membuat semua orang yang mendengar merinding.

"Kaila, gue pergi dulu. Mau gabung sama anak-anak yang lain," bisik Christine di telinga Kaila.

Kaila menggenggam tangan Christine memohon agar tetap bersamanya, tapi secepat kilat Christine kabur dari hadapan dia.

"Sialan si Christine ninggalin gue," gumam Kaila.

Theo membelai pipi Kaila dengan lembut. "Kamu kerja kelompok atau main-main, Kaila?" tanya Theo.

"Tadi kerja kelompoknya udah kelar," jawab Kaila.

"Hmm, begitu sudah kelar kok enggak bilang ke aku?" tanya Theodor.

"Kenapa aku harus bilang kamu? Kamu sepertinya sudah gila. Aku capek diikuti terus. Aku udah besar, Theo, sesekali aku harus bersosialisasi," kata Kaila dengan raut wajah ketakutan.

"Sudah beberapa kali aku membiarkan kamu membuat pesta seperti ini, tetapi apa orang tua kamu sudah tahu jika anaknya suka sekali mengadakan pesta di sini?" tanya Theodor gemas. Ia suka melihat Kaila ketakutan seperti saat ini, tapi tetap berusaha untuk bisa menjawab Dia.

"Mama dan papaku sudah tahu kok. Ini kan club mereka, masa mereka enggak tahu," balas Kaila.

"Oke, kalau begitu besok aku akan bilang sama orang tua kamu buat melarang kamu ke club lagi," kata Theodor.

"Apa-apaan kamu?! Ini club juga milikku, mama dan papa yang membelikannya untuk aku dan aku bebas mau mengadakan acara apa pun di sini," balas Kaila dengan nada sinis.

Theodor menggenggam tangan Kaila. "Pulang sekarang, Kaila. Ini sudah larut malam," kata Theodor.

Kaila yang sudah sangat kesal dengan Theodor menggigit tangan Theodor hingga tautan tangan mereka telepas. Mata Kaila menatap benci ke arah Theodor.

"Aku benci sama kamu. Mulai sekarang aku enggak mau jadi teman kamu lagi," kata Kaila sambil menunjuk Theodor.

Theodor menatap nanar ke arah Kaila yang menatap dia dengan penuh kebencian. Ia melangkah mundur, lalu pergi dari sana tanpa menengok ke arah Kaila.

Kaila menurunkan tangannya. "Lanjutkan pestanya lagi," kata Kaila.

"Kaila, lu udah gila. Lu usir Theo dari kehidupan lu, memang lu yakin enggak bakal ngerasa kehilangan?" tanya Christine.

"Enggak. Udah deh, mending kita minum-minum lagi dan lanjutkan pesta yang sempat tertunda gara-gara dia," jawab Kaila.

"Terserah lu deh, tapi jangan sampai lu menyesal suatu saat nanti," balas Christine.

***

Theodor yang sudah keluar dari club menghampiri Noah yang merupakan pengawal kepercayaan dia.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Noah.

"Tolong berjaga-jaga di sini dan jangan sampai Kaila disentuh oleh tangan-tangan pria lain," perintah Theodor.

"Baik, Tuan," balas Noah.

Theodor masuk ke dalam mobil. Ia mulai melajukan mobilnya itu dengan kecepatan sedang. Mulai saat ini ia ingin menjauh dari Kaila, ia ingin memberikan hukuman yang setimpal untuk perbuatan Kaila.

***

Hari semakin larut. Satu per satu tamu yang hadir di acara pesta Kaila mulai pulang. Kaila melihat pesta sudah sepi berjalan menuju mobilnya yang terparkir di parkiran club.

"Nona mau langsung pulang ke rumah atau pergi ke tempat lain dulu?" tanya Yosep.

"Langsung pulang saja," jawab Kaila.

Kaila menatap sekitar tidak mendapati Theodor merasa hampa, tapi dia sangat menginginkan kebebasan dalam melakukan semua hal yang dia dia mau tanpa gangguan dari Theodor.

"Palingan dia besok muncul lagi. Theo kan enggak bisa jauh-jauh dari aku," gumam Kaila.

Yosep mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Kaila. Tidak lama mobil itu berhenti di depan kediaman Abraham. Kaila keluar dari mobil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Sayang, kamu dari mana saja? Kamu baik-baik saja kan? Apa kamu mabuk?" tanya Rebecca menangkup wajah Kaila.

"Enggak, Ma, aku cuma minum dikit tadi. Udah dulu ya, Kaila mau istirahat," jawab Kaila.

"Kalau papa kamu tahu kamu minum-minum, dia pasti bakal marah besar," kata Rebecca.

"Papa ada di rumah, Ma?" tanya Kaila melihat tidak ada papanya di ruang tamu.

"Ada, lagi di kamar. Tadi Mama buru-buru turun ke bawah saat mendengar suara mobil masuk," jawab Rebecca.

"Ya udah, Ma, Kaila mau ke kamar duluan ya," kata Kaila.

Rebecca menatap ke belakang Kaila tidak melihat Theodor di sisi putrinya seperti biasa mengernyitkan dahi. 

"Sayang, Theo enggak bareng sama kamu?" tanya Rebecca.

"Ma, jangan tanya Theo lagi deh, aku malas dengar nama dia," jawab Kaila.

"Loh, kok begitu?" tanya Rebecca.

Kaila langsung melenggang pergi menuju kamar tanpa menjawab perkataan mamanya. Saat sudah di dalam kamar, Kaila langsung pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih.

***

Noah yang berada tidak jauh dari halaman rumah Kaila melihat Kaila sudah tidak terlihat menelepon Theodor. Tidak lama panggilan itu diangkat.

"Tuan, nona Kaila sudah tiba di rumah dengan selamat," kata Noah.

"Noah, tetap suruh para mata-mata memantau kegiatan Kaila. Saya mau lihat seberapa lama gadisku bisa menjauh dari saya," perintah Theodor.

"Baik, Tuan. Segera saya laksanakan," balas Noah.

Theo yang sudah selesai berbicara dengan Noah menatap langit malam dari balkon kamarnya. Langkah kaki seseorang tiba-tiba terdengar membuat Theodor mengalihkan pandangan ke arah sumber suara.

"Theo, sebaiknya kamu membuat Kaila nyaman saat bersama kamu. Semakin kamu mengekang dia, yang ada dia semakin menjauh dari kamu," kata Sienna menasihati Theodor.

Theodor memeluk mamanya. "Aku hanya mau Kaila menurut dan tidak melakukan hal yang dapat merugikan diri dia sendiri, Ma," balas Theodor.

"Kamu tidak bisa seperti itu terus, Theo. Dia bukan boneka kamu," kata Sienna.

"Iya, Ma, aku akan mencoba mengendalikan emosiku supaya tidak meledak," balas Theodor.

"Sayang, Mama hanya enggak mau kamu menyesal seperti papa kamu dulu," kata Sienna.

"Ya memang penyesalan datangnya belakangan, Ma. Aku hanya ingin Kaila terus bersamaku dan tidak disentuh pria lain apalagi tadi dia pergi ke klub lagi," kata Theodor.