Chereads / Theodor Obsession / Chapter 4 - Problem

Chapter 4 - Problem

Setelah selesai makan, mereka semua mulai mengobrol tentang berbagai hal. Arga bersama orang tua dan mertuanya membahas soal bisnis, sedangkan Sienna dan anak-anaknya mengobrol tentang bal lain.

"Kakak lagi ngambek sama kak Kaila, ya?" tanya Aleysa.

"Kata siapa kakak ngambek sama Kaila?" tanya Theodor.

"Ada deh," jawab Aleysa dengan nada polosnya.

"Anak-anak, saatnya berangkat sekolah. Aleysa, nanti kalau ada kerja kelompok atau apa pun laporan ke Mama dulu. Jangan menghilang seperti kemarin, oke?" kata Sienna.

Aleysa mencebikkan bibirnya. "Lagian juga banyak pengawal yang menjagaku, Ma, jadi tidak mungkin aku kabur," balas Aleysa.

Aleysa dengan ogah-ogahan melangkahkan kaki menuju mobilnya berada diikuti Theodor dari belakang. Saat sudah di depan mobil, mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil setelah Dino membukakan pintu.

"Tuan, kita langsung ke sekolah?" tanya Dino.

"Iya, lagian udah mepet juga," jawab Theodor menatap jam tangan yang melingkar di tangannya.

Dino mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Camber School. Selama di perjalanan, Theodor terus menasehati Aleysa.

"Aleysa, kamu jangan bandel. Kalau mau pergi-pergi, kabarin Kakak atau orang tua kita. Kakak enggak mau mereka khawatir," kata Theodor sambil mengusap lembut rambut Aleysa.

"Siap, Kak," balas Aleysa sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Tidak lama mobil yang dikendarai Dino berhenti di Camber School. Aleysa dengan semangat keluar dari mobil menghampiri Kaila bersama teman-temannya, sedangkan Theodor menatap Kaila dari jauh.

"Wah, yang ditunggu-ditunggu akhirnya datang," kata Kaila.

"Hai, calon kakak iparku! Nanti jadi kan?!" teriak Aleysa.

Kaila menaruh jari telunjuknya di bibir dia supaya Aleysa diam. Dia tidak mau Theodor atau para pengawal mengetahui rencana mereka. Malas banget dia kalau sampai dihukum papanya gara-gara Aleysa yang bocor.

"Maaf, Kak, aku terlalu bersemangat," kata Aleysa.

"Udah, mending kamu ke kelas sekarang," kata Christine.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang terus menatap Kaila. Terutama saat pria itu melihat Kaila yang mulai berani menunjukkan paha putih mulusnya karena memakai rok pendek. Entah sejak kapan Kaila memotong rok itu.

"Kita lihat apa yang akan kamu lakukan supaya tidak memakai rok seperti itu lagi. Aku tidak suka milikku dilihat orang lain," kata Theodor.

Theodor melihat Aleysa, Kaila dan teman-temannya sudah masuk ke dalam kelas masing-masing langsung pergi ke kelasnya.

***

Tidak terasa jam istirahat sudah tiba. Aleysa, Kaila, Christine, Margaretha dan Nora langsung berlari ke parkiran mobil. Di sana sudah ada mobil Kaila.

"Kaila, Aleysa, untung kita berhasil mengelabui pengawal lu berdua," kata Christine dengan napas terengah-engah.

"Mending kita langsung ganti baju deh daripada nanti keburu ketangkap kalau kita kabur," kata Nora.

Mereka semua menyetujui perkataan Nora. Mereka masuk ke dalam mobil dan langsung berganti baju dengan pakaian jalan-jalan.

"Aleysa, kamu enggak ngajak teman-teman kamu ikut?" tanya Kaila.

"Aku enggak ngomong sama teman aku soal kita yang mau pergi," jawab Aleysa.

"Kenapa?" tanya Kaila. Dia penasaran dengan alasan Aleysa tidak mengajak teman-temannya.

"Aku takut teman-temanku akan laporin ke orang tuaku kalau aku bolos sekolah," jawab Aleysa.

"Wow, keluarga kamu itu posesif banget sih," balas Kaila.

"Kalau kak Theodor posesif sama kak Kaila pasti karena dia sangat mencintai Kakak," kata Aleysa.

Kaila memutar bola matanya. Dia sudah muak dengan tingkah Theodor. Kekasih bukan, tapi berani mengatur semua kehidupannya.

"Ayo jalan sekarang, Kaila," kata Margaretha.

Kaila mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju mall terdekat setelah menyalakan musik di radio. Semua teman-teman Kaila menari-nari di kursi belakang mengikuti alunan musik membuat Aleysa tersenyum.

"Ternyata ini rasanya punya teman yang menyenangkan dibandingkan kaku seperti semua teman-temanku di kelas," gumam Aleysa.

Tidak lama mobil yang dikendarai Kaila berhenti di depan mall. Mereka semua keluar dari mobil, berjalan menuju ke salon yang berada di dalam mall.

"Selamat datang, Nona Kaila. Sudah lama sekali tidak datang ke sini," kata Rosa.

Kaila tersenyum. "Biasa, sibuk sama urusan sekolah," balas Kaila.

"Mari, mau gaya seperti apa akan kami buatkan dengan baik," kata Rosa sambil memberikan buku katalog yang berisi berbagai macam gaya rambut.

"Kalian tenang aja, semuanya gue yang bayar kali ini," kata Kaila menatap teman-temannya yang ragu mau menata rambut di sana.

Mereka semua langsung memilih gaya rambut. Setelah itu, mereka rambutnya ditata oleh penata rambut. Aleysa rambutnya diombre warna hitam dan bawahnya ungu, sedangkan Kaila diwarnai hitam dan bagian bawah maroon.

"Gila, kalian cantik banget, Aleysa, Kaila," puji Nora.

"Biasa aja kali. Gue mah udah cantik dari lahir," balas Kaila.

Setelah beberapa jam akhirnya rambut mereka sudah selesai ditata. Kaila membayar semua tagihan salon.

"Yuk kita jalan-jalan di mall," ajak Kaila.

Mereka mulai berjalan-jalan di dalam mall dan memasuki berbagai macam toko yang ada di sana. Semua orang yang melihat Aleysa dan Kaila yang sangat cantik.

"Gila, tuh cewek cantik banget," kata seorang pria yang melihat mereka.

Aleysa dan Kaila hanya tersenyum menanggapi pujian yang keluar dari semua orang. 

***

Di Camber School, Sienna merasa sangat panik saat mengetahui putri satu-satunya menghilang entah ke mana dari pengawal.

"Ma, Kaila juga tidak ada di kelas. Apa Aleysa pergi bareng sama Kaila?" kata Theodor.

"Mama coba telepon Becca, siapa tahu dia mengetahui di mana putrinya berada," balas Sienna.

Sienna mengambil ponselnya. Ia langsung menghubungi Rebecca. Tidak lama terdengar suara Rebecca.

"Sienna, lu tumben nelepon gue. Lu kangen sama gue, ya?" tanya Rebecca.

"Becca, anak lu udah pulang belum?" tanya Sienna.

"Anak gue belum pulang sih," jawab Rebecca.

"Aleysa dan Kaila di kelasnya tidak ada. Anak gue si Theo udah cari di setiap kelas, tapi tidak ada sama sekali di sini," balas Sienna.

"Apa? Mana mungkin Kaila bisa hilang? Apa mereka diculik?" tanya Rebecca.

"Gue enggak tahu. Mereka hilang," jawab Sienna.

"Ya udah, gue coba suruh suami gue cari keberadaan putri-putri kita," balas Rebecca. 

Sienna mematikan sambungan telepon itu. Dia menatap lurus ke halaman sekolah. Entah mengapa dia merasa takut jika Aleysa dan Kaila benaran diculik.

"Ma, Kaila dan Aleysa tidak mungkin diculik. Palingan mereka pergi ke suatu tempat bersama," kata Theodor menepuk bahu Sienna.

***

Arga yang berada di kantor menggeram kesal. Ia tidak menyangka putrinya berani sekali kabur dari pengawasan para pengawal.

"Alex, tolong lacak posisi Aleysa saat ini dari ponselnya. Kalau tidak bisa, kamu lacak posisi dia dari gelang yang terpasang di tangan dia," perintah Arga.

"Baik, Tuan," balas Alex.

Arga yang tahu Sienna pasti masih khawatir dengan Aleysa dan masih berada di sekolah menghubungi Sienna.

"Sayang, anak kita belum ketemu," kata Sienna sambil menangis tersedu-sedu.

"Sienna tenang. Aku yakin Aleysa akan segera ketemu. Sekarang kamu pulang dulu sama Theodor aja," balas Arga.

"Baiklah," kata Sienna.